Tantangan Sex Di Tempat Sempit Part 3

Mengetahui bahwa sebentar lagi Karen akan orgasme, aku mempercepat tarian lidahku di memek-nya.

“Kak Dittoo … kak Dittooo … Karen dah ngga kuuaattt lagi … dah diujung nihhh … pleaseeee kak Ditto”, pinta Karen.

Tak lama kemudian, terdengar jeritan Karen mengisi seluruh kamar tidurku. Sex 

“Ahhhh ahhhh ahhhh …”, jerit Karen kencang, dan dengan segera dia menutup mulut-nya dengan tangan-nya sendiri agar suara pekikan-nya tidak sampai terdengar keras.

Aku tetap menjilati memek-nya, sampai Karen menyuruhku untuk berhenti. Setelah itu, tanpa perlu diperintah, aku melucuti semua pakaian tidur yang aku kenakan. Tanpa ada usaha dari Karen, batang penisku telah mengeras dan siap untuk berkelana di dalam memek Karen.

Seperti biasa, sejak berhubungan sex dengan Karen, aku tidak perlu menggunakan condom, karena Karen pun tidak menyukaiku memakai condom. Demikianlah pula denganku.

Aku tidak mengalami kesulitan memasuki memek Karen, karena sudah teramat basah dari tadi. Kudorong pelan-pelan batang penisku, dan tanpa ada kesulitan, terbenamlah semua batang penisku di dalam memek-nya.

“Ahhh … kak Ditto … titit-nya keras bangettt …”, kata Karen.

Seakan-akan tidak mendengarkan Karen, aku memaju-mundurkan pinggulku perlahan-lahan, memberikan sensasi erotis ke dalam memek Karen. Kadang-kadang dorongan itu aku hentikan, dan memeluk Karen sambil mencium bibir-nya penuh dengan napsu. Lidah kami saling berperang di dalam bibir kami yang telah menyatu. Setelah puas berciuman, aku kembali mendorong maju dan mundur pinggulku agar batang penisku seakan-akan menusuk-nusuk lubang memek Karen.

“Ahhh … Karen, memek Karen bener-bener hebat. Enak bangettt … bikin geli banget. Suka ngga dengan titit ini?”, kataku yang sudah ngaco.

“Sukaaa bangettt … kak Ditto janji yah, sayangin Karen terus … dan Karen akan selalu membuat kak Ditto puas jiwa dan raga …”, pinta Karen dengan nada yang terputus-putus. Sex 

“Janji … janji akan sayang Karen terus …”, jawabku dengan napas yang terburu.

Semakin lama hentakan dan hujaman batang penisku semakin aku percepat. Pagi itu kita tidak bercinta dengan gaya yang bermacam-macam. Cukup gaya missionaries, tradional, man on top style. Seperti tidak pernah kering, memek Karen selalu saja basah. Memberi sensasi luar biasa di dalam bercinta ini. Akibat dari percepatan hujaman batang penisku, tubuh karena mengalami reaksi yang sunggu dahsyat. Tanpa ada peringatan apa-apa, tiba-tiba Karen memelukku sambil berteriak panjang.

“Ahhhhhh … kak Ditto jahat … Karen dapet lagiii … ampun kak Ditto … Karen minta ampunnn …”, kata Karen sambil memelukku erat-erat dengan tubuhnya yang mulai menegang.

Aku biarkan Karen memelukku, dan menghentikan goyangan pinggulku, agar memberikan udara buat Karen untuk mengatur napas-nya kembali.

Setelah beberapa menit kami berpelukan, aku berniat untuk menyelesaikan permainan sex ini, karena it is time for me to come.

“Karen, aku bentar lagi mau datang. Kalo bisa sama-sama yah datang-nya?”, pinta-ku.
Karen hanya mengangguk menandakan bahwa dia setuju, dan kemudian mencium bibirku lagi.

Kembali aku mengambil posisi favorite-ku untuk ejakulasi, dan memulai memainkan pinggulku sekali lagi. Aku perlahan-lahan menggoyangkan pinggulku dengan irama yang pasti. Aku berusaha menhujamkan batang penisku dalam-dalam, agar memberikan sensasi seksual lagi kepada Karen.

Karen pun tidak tinggal diam, dia tau betul bagaimana membuatku ejakulasi dengan cepat disaat kami telah bersenggama. Kedua telapak Karen menempel di dadaku, dan kedua jari telunjuknya mulai memainkan puting susuku. Daerah yang paling sensitive untukku.

“Ahhh … Karen … terus Karen … aku bentar lagi mau datang.”, kataku.

Karen pun mulai terlihat kembali bergairah. Aku pun mempercepat permainan ini. Aku tau kalo sebentar lagi batang penisku tidak akan sanggup lagi menahan bendungan air maniku yang sejak tadi meronta-ronta ingin keluar.

“Kak Ditto … kok keras lagi titit-nya?”, goda Karen dengan napas terburu-buru.

“Emang dari tadi ngga keras yah?!”, tanyaku heran dengan tidak menghentikan goyangkan pinggulku.

“Ngga kok … cuman kali ini Karen tau kak Ditto sebentar lagi mau datang … datang barengan yukkk …”, pinta Karen sambil tersenyum.

Aku buat lebih cepat lagi goyangan pinggulku, dan batang penisku semakin meronta-ronta ingin memuntahkan air mani-nya. Aku hentakan dan menghujamkan batang penisku makin dalam, dan Karen pun sudah dari tadi mengigau tak karuan. Memek Karen semakin basah, dan gesekan batang penisku di dalam memek-nya seakan-akan mengeluarkan bunyi seperti pipi seseorang yang sedang ditampar.

Aku sudah tidak tahan lagi, kali ini benar-benar harus keluar. Tubuhku mengejang hebat. Melihat perubahan tubuhku itu seperti memberikan aba-aba kepada Karen, kedua kaki Karen menjepit erat pinggulku seperti ingin agar semua batang penisku tertanam penuh ke dalam memek-nya.

“Ahhh … Karen … aku dah mau dapettt … dah diujung … Karennnn”, kataku yang sudah kacau.

“Kak Ditto … Karen juga mau datang lagiii … I love you kak Ditto.”, jawab Karen.

“Karennnn … ahhhhhhhh …”, ingauan-ku sudah tak karuan.

Batang penisku mengeras sesaat, dan kemudian disusul dengan semburan air maniku di dalam liang vagina Karen. Kedua kaki Karen terus menekan pinggulku, seolah-olah haus dengan semburan hangat air maniku di dalam liang vagina-nya. Aku tidak menghitung berapa kali batang penisku memuncratkan semua isi air mani yang dari tadi dibendung-nya.

“Kak Ditto … hangattt lohhh …”, kata si Karen.

“Enak ngga?”, tanyaku.

“Always the best sayanggg …”, jawab si Karen manja.

Posisi kami masih berpelukan. Karen mulai mengendurkan kedua kaki-nya dari pinggulku. Batang penisku dari tertanam di dalam memek Karen. Membiarkan-nya perlahan-lahan melemas di dalam. Oh betapa senang-nya aku melakukan hubungan sex dengan Karen.

Ide untuk menggunakan alat kontrasepsi selain condom adalah pilihan utama kami. Untung-nya Karen pun tidak menyukaiku memakai condom. Yang penting pencegahan pregnancy (kehamilan) tetap dijaga baik-baik.

“I love you, Karen. I will always love you. Sorry if I didn’t say it in the first place”, kataku.

“It’s ok, kak Ditto. I love you too, and I know that I love you. Karena selama ini Karen selalu melakukan-nya karena Karen cinta ama kak Ditto. Meskipun Karen dulu-nya kadang-kadang sedih memikirkan apakah kak Ditto cinta atau hanya ingin ‘ini’ (sex) doang dari Karen.”, kata Karen dengan nada sedikit sedih.

“I am sorry, Karen. Sekarang aku telah mengerti bahwa sejak dari dulu aku sudah sayang ama Karen. Sorry for making you worried and confused.”, pintaku.

“Ngga perlu sorry, kak Ditto. Sekarang semua sudah jelas, jadi Karen tidak akan worried lagi. Apapun yang kak Ditto mau dari Karen, Karen pasti beri semua kepada kak Ditto.”, jawab Karen.

Mendengar ucapan Karen, seakan-akan seperti udara sejuk bagiku. Akhir-nya kucium bibir manis-nya, dan perlahan-lahan kucabut batang penisku dari liang memek-nya. Cepat-cepat aku tutup dengan tissue memek-nya, agar air maniku tidak tumpah keluar membasi tempat tidur-ku. Karen pun cepat-cepat beranjak dari tempat tidur, dan dengan segera ke kamar mandi. Mencuci dan membersihkan memek-nya.

Jam telah menunjukkan jam 7 pagi lewat. Tapi badan kami sudah letih sekali. Telah 1 jam lebih kita berpetualang dalam cinta. Pagi itu kami memutuskan untuk kembali tidur, dan benar saja kami tertidur sampai jam 12 siang. Malam-nya kami mengulangi lagi petualangan cinta dan sex kami yang tidak kalah menarik-nya, dan begitulah hari-hari berikut-nya.

Disaat aku menulis cerita kedua ini, hubungan kami telah berjalan lebih dari 8 bulan, akan tetapi belum ada pihak dari keluarga kami yang mengetahui hubungan ini selain teman-teman dekat kami. Tapi aku merasa bahwa salah satu dari keluarga kami telah mengendus hubungan kita, hanya saja dia tidak berani mengatakan-nya langsung.

Kami hanya tidak tau bagaimana memulai untuk mengatakan pada mereka. Memang ada pepatah yang mengatakan: “The first step is the most difficult task.”. And we believe it’s true. Kami telah berencana untuk menikah taon depan (apabila semua-nya lancar), pertengahan tahun 2008. Kalo dipikir secara logika, kami berdua bukan anak kecil lagi. Kita berdua sudah berumur lewat dari 25 tahun, dan by 2008, umur-ku dah berkepala 3. Jadi sudah harus memikirkan masa depan kami sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *