Sex Membalas Dendam Menjadi Asisten Dukun Hi-Tech Part 3

Lalu dia menggerakkan hpnya di sekitar perutku.

“nah, selesai, gila bayinya udah gede kayak gini, cepet amat”.
“mana mbah, sini saya liat”.
“tapi bo’ong,,”. Sex 
“yee, si Mbah ngelawak mulu”.
“bentar, gue tadi belum dapet”. Lama juga dia menggerak-gerakkan hpnya di sekitar perutku.
“ah, sialan nih bayi, pake ngumpet segala”.
“emang gak ada cara lain, Mbah?”, tanyaku.
“ada sih ‘n bisa langsung keluar dari dalam badan lo”.
“nah, tuh ada cara lain”.
“iya, tapi gue harus nyemprotin peju gue ke dalem memek lo supaya tuh bayi bisa keluar”.
“wah, jangan-jangan mbah ini, dukun cabul ya”.
“enak aja, nih kalau gak percaya ada sertifikat ISO ‘n SIP”.
“apaan tuh mbah?”.
“ISO itu International Sorcerer Organization, kalau SIP itu Surat Izin Perdukunan”.
“tapi mbah yakin kan, kalau abis itu, saya bakalan sembuh?”.
“200% yakin dah”. Agak ragu-ragu juga aku memutuskannya. Karena baru kali ini aku disuruh memilih untuk membiarkan seorang laki-laki tua mencicipi tubuh indahku atau aku terus menerus dihantui Wawan seumur hidupku.
“ok lah Mbah, tapi mbah telanjang dulu, biar saya ngeliat barang mbah juga”.
“wuih, gak nyangka, cantik-cantik aggresif juga, ok”. Lalu Mbah Centeng pun mulai membuka pakaiannya sendiri yang seperti pakaian Rhoma Irama itu. Penis Mbah Centeng termasuk penis yang besar dari semua penis yang pernah kulihat, karena penis Mbah Centeng berukuran panjangnya 23 cm dan diameternya 6 cm.
Lalu Mbah tiduran di lantai dan menyuruhku untuk menduduki wajahnya, setelah aku duduk di atas wajahnya, aku langsung menggerak-gerakkan pinggulku maju mundur serta menggoyang-goyangkan pinggulku sementara Mbah Centeng memegangi pinggangku dengan kedua tangannya. Aku apit kepala orang tua itu dengan kedua paha putihku sehingga kepalanya benar-benar terjepit di selangkanganku. putri77.org Dia jilati vaginaku sampai aku benar-benar merasa keenakan karena dia pintar memainkan lidahnya yang panjang jika dibandingkan dengan manusia normal. Lidahnya terasa benar-benar nikmat menjilati rongga bagian dalam vaginaku dan bahkan lidahnya sampai mentok di ujung vaginaku. Karena itulah, aku jadi cepat mencapai orgasme dan mengalirkan cairan dari dalam vaginaku ke wajah Mbah Centeng, dengan sigap dia menerima semua cairanku dengan mulutnya sampai tak bersisa, dan Mbah Centeng memasukkan lidahnya lagi ke dalam vaginaku untuk menjilati sisa-sisa cairanku yang menempel di dinding vaginaku.
“mmmhhhh,,aahhhh”, desahku lembut menerima serangan lidah Mbah Centeng di dalam vaginaku. Setelah puas menjilati bagian dalam vaginaku, Mbah Centeng menyuruhku untuk menaiki penis supernya itu. Aku posisikan kepala penisnya tepat di depan lubang vaginaku, lalu aku mulai menurunkan tubuhku dengan perlahan agar tidak membuatku kesakitan, untungnya Mbah Centeng mengerti dan membiarkan aku yang memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Sex 
Ternyata, memang tidak mungkin, vaginaku hanya bisa menelan 3/4nya saja dari penis Mbah Centeng. Mbah Centeng tidak bergerak sama sekali supaya aku bisa terbiasa dengan penisnya terlebih dahulu.
“dek Vina,, memek lo manteb banget,, seret’n sempit banget”.
“mmmm,,”. Setelah beberapa detik kemudian, Mbah Centeng mulai menghujamkan penisnya ke atas sehingga penisnya lebih masuk ke dalam vaginaku.
“aahhh,,”, desahku karena hujaman penis Mbah Centeng berasa pedih tapi nikmat di vaginaku. Mbah Centeng memompa penisnya dengan perlahan agar aku tidak terlalu merasa sakit, dan lama kelamaan rasa pedih itu hilang dan berganti menjadi rasa yang sangat nikmat. Tanpa sadar, malah kini aku yang menggerakkan tubuhku naik turun sementara Mbah Centeng diam saja dan memperhatikan wajahku yang mengeluarkan ekspresi orang yang sedang keenakan. Melihat payudaraku berguncang naik turun dengan indah sesuai irama tubuhku yang naik turun, Mbah Centeng gemes dan langsung menangkap kedua buah payudaraku dengan kedua tangannya dan meremasnya dengan lembut.
Kadang aku memajukan tubuhku sehingga aku bisa memberikan bibirku untuk dilumat Mbah Centeng. Sudah 30 menit, Mbah Centeng memompa vaginaku, dia belum menandakan tanda-tanda akan orgasme. Karena aku bosan dengan posisi ini, aku meminta untuk posisi baru. Aku tidur terlentang dan menaruh kakiku di kedua pundak Mbah Centeng, dan dia pun langsung memasukkan penisnya lagi ke dalam vaginaku. Kali ini dia langsung memompa penisnya tanpa menunggu seperti sebelumnya.
“aahhh,,teerruusss,,,mmbaahhh”, desahku karena memang terasa luar biasa nikmat. Entah sudah berapa kali aku orgasme, mungkin lebih dari 4 kali karena setiap kali Mbah Centeng memompa penisnya ke dalam vaginaku terdengar bunyi kecipak air yang sangat kencang menandakan kalau vaginaku sudah sangat becek.
10 menit kulalui dengan posisi itu, kini Mbah Centeng sudah sangat bernafsu karena itu dia menekan kakiku ke depan sehingga kini dia agak setengah berdiri sementara kedua lututku berada di samping kiri dan kanan kepalaku. Dalam posisi ini aku merasakan hujaman penisnya lebih kuat dan lebih dalam dari sebelumnya.
“mmmaahhh,,,,Mbaahhhh”, desahku merasakan kenikmatan yang lebih daripada sebelumnya. Dan setelah 1 jam lebih kami bersetubuh, akhirnya penis Mbah Centeng mulai berdenyut-denyut dalam vaginaku dan dinding vaginaku meremas-remas penisnya agar cepat memuntahkan isinya.
“aakhhh,,,keelluuaarrr”, teriak Mbah Centeng seiring semburan spermanya yang masuk ke dalam vaginaku dengan sangat kencang dan banyak mungkin sampai lebih dari 6 kali semburan.
“nah,, sekarang coba lo berdiri”.
“kenapa mbah, saya lemes nih”.
“yaudah, sini gue bantuin”. Dengan dipapah oleh Mbah Centeng, aku berdiri, setelah berdiri sperma mengalir keluar dari vaginaku dalam jumlah banyak, dan tak lama kemudian.
“pluk,,”, bunyi dari seonggok daging kecil yang keluar dari vaginaku.
“hah?! apaan tuh Mbah?”.
“itu bayi si Wawan”.
“waduh,, kok bisa keluar sih?”.
“peju gue udah gue latih supaya bisa ngebunuh peju laen”.
“…”. Wawan pun muncul ketika Mbah Centeng memanggilnya dari laptopnya lagi.
“nih,, bayi lo!!”.
“mbah kejem amat”, balas Wawan.
“biarin aja, supaya lo gak bisa deket-deket ‘n gangguin neng Vina lagi, sekarang pergi lo,,,sshuhhh”. Hantu Wawan menghilang dan berubah jadi asap sehingga kami tinggal berdua lagi di ruangan itu.
“waduh, Mbah, thank’s banget nih,,”.
“gak papa, emang udah pekerjaan gue kok”.
“gue mesti bayar berapa?”.
“gak perlu, tadi kan udah dibayar”.
“huu,, dasar, oh ya mbah, nanti saya hamil gak nih ama Mbah?”.
“gak bakalan, peju gue udah gue latih biar gak bisa hamilin cewek”.
“hebat banget sih mbah, yaudah mbah, saya pulang dulu”.
“dek Vina, jangan pulang dong”.
“kenapa? masih ada hal yang perlu saya lakuin?”.
“nggak sih, tapi gue ketagihan nih ama memek lo”.
“dasar mbah, ngerasain langsung ketagihan”.
“iya, kan jarang-jarang gue bisa ******* ama cewek yang sexy ‘n cantik kayak lo,, jangan pulang ya plzzz”. Tadinya, aku berencana untuk menolaknya tapi tiba-tiba Mbah Centeng sudah merogoh-rogoh vaginaku lagi sehingga nafsu biarhiku muncul lagi.
“yaudah deh mbah,, tapi saya mandi dulu ya biar wangi”.
“yaudah. sekalian ama gue aja, kebetulan gue juga mau mandi”. Akhirnya malam itu, kami berdua bersetubuh semalam suntuk karena ramuan yang dibuat oleh Mbah Centeng, tenaga kami jadi tidak habis-habis dan kami tidak mengantuk, sehingga Mbah Centeng puas menikmati tubuhku sampai esok harinya.
Scene III : Piaraan Mbah Centeng
Aku membuka mataku dan melihat Mbah Centeng yang masih dalam posisi tadi pagi yaitu sedang mengenyot puting kananku.
“mbah,, bangun mbah,,”, kataku sambil menggoyang-goyang badan Mbah Centeng. Akibat aku menggoyang-goyangkan badannya, Mbah Centeng membuka matanya.
“ada apa cantik?”.
“udah siang nih, mbah, saya mau pulang”.
“bentar lagi deh sayang”, balasnya sambil mengenyot puting kananku.
“mmmm,, mbah,, saa,,yaa,, maauu puulaanngg”, kataku sambil terbata-bata karena terasa geli. Mbah Centeng akhirnya membuka matanya lebar-lebar.
“kenapa sih sayang buru-buru?”.
“yee si mbah, saya kan pengen pulang, lagian dari kemarin malam kan mbah udah ngentotin saya terus, pasti mbah udah puas kan?”.
“belum,,”.
“belum apanya,, liat tuh barang mbah udah ampe gak bisa diri lagi”, kataku seraya menunjuk penis Mbah Centeng yang sudah benar-benar lemas karena isinya sudah disedot semua oleh vaginaku yang sekarang sangat belepotan oleh sperma Mbah Centeng yang sudah mengering.
Mbah Centeng akhirnya melepaskan kenyotannya terhadap puting kananku dan duduk sila sementara aku menaruh kepalaku di daerah selangkangannya dan memperhatikan wajahnya yang ada di atas kepalaku.
“gini, sayang”, dia memanggilku sayang karena dia memang sangat menyukaiku dan aku pun sudah takluk akibat penis dan daya tahannya yang luar biasa.
“ada apa mbah?”.
“mau gak dek Vina kerja disini?”.
“kerja? gimana caranya?”.
“iya, jadi kalau yang datang pria dan ngeluh penyakit yang gak sembuh-sembuh, nanti dia harus ******* ama dek Vina supaya penyakitnya kebuang lewat pejunya”.
“terus,, pasien itu ntar ngeluarin pejunya dimana?”.
“di dalam memek dek Vina”.
“berarti ntar saya bisa hamil ‘n penyakitnya pindah ke saya donk?”.
“ya nggak,, ntar abis itu mbah buang peju mbah di memek dek Vina supaya peju ‘n penyakit itu ilang dari badan dek Vina,, gimana?”.
“mm,,,gimana ya?”.
“mbah bayar deh, 5 juta per minggu”.
“yang bener mbah?”.
“bener,, lagian kan, dek Vina cuma dientot doang”.
“yee, emangnya saya perempuan murahan apa,, enak aja si mbah?”.
“yaa,, plzz dong,, kan sekalian mbah bisa ngentotin dek Vina setiap hari,,plzzz”.
“tapi, saya boleh pulang ke rumah kan?”.
“boleh,, jam kerja dek Vina mulai dari jam 4 sore ampe jam 6 pagi, gimana?”.
“alah, pake jam kerja, udah kayak orang kantoran aja,, yaudah deh mbah boleh”.
“asiik,, mbah jadi makin cinta ama dek Vina”.
“ama saya, apa ama bodi saya”.
“dua-duanya sih,,hehehe”.
“yaudah, mbah mulai kerjanya besok aja ya, saya mau ketemu temen-temen saya dulu”.
“yaudah, sampai besok ya”.  filmbokepjepang.sex Aku pun memakai baju dan langsung menuju rumah dengan mobilku. Keesokan harinya, pada jam 15.30, aku berangkat ke rumah Mbah Centeng, tapi di tengah perjalanan, ada telpon masuk.
“halo,, siapa nih?”.
“ni Mbah Centeng, mau ngasih tau, dek Vina datangnya jam 11 malem aja”.
“kenapa Mbah?”.
“dek Vina belum ketemu 2 piaraan gue”.
“piaraan?”.
“udah pokoknya, dek Vina datengnya jam 11 malem aja”.
“sip mbah, yaudah kalo gitu, saya pulang lagi ya mbah”.
Sekitar jam 10.30, aku kembali memacu mobilku ke arah rumah Mbah Centeng.
“ayo dek Vina silakan masuk”, suara Mbah Centeng ketika aku turun dari mobil dan menuju teras rumahnya. Aku masuk ke rumah Mbah Centeng untuk yang kedua kalinya, yang terdengar hanyalah suara jangkrik karena rumah Mbah Centeng boleh dibilang jauh dari pusat keramaian. Perlahan aku memasuki rumah Mbah Centeng, dan langsung menuju ruangan praktek Mbah Centeng. Di dalam ruangan itu Mbah Centeng sudah menunggu sambil berduduk sila di depan meja yang ada laptop di atasnya.
“mbah, kok sepi sih? mbah gak laku yah?”.
“enak, aja, sengaja gue tutup cepet supaya gue bisa ngenalin lo ama peliharaan gue”.
“peliharaan apaan sih mbah? saya jadi bingung”.
“mending lo buka baju dulu deh”. Aku menuruti kata Mbah Centeng dan membuka semua pakaianku dan karena aku memang sengaja tidak memakai pakaian dalam, jadi ketika sudah kulepaskan kaos dan celana jeansku, tubuh putihku langsung terlihat jelas oleh Mbah Centeng tanpa ada sehelai benang pun yang menutupiku.
“wah, dek Vina udah siap ya? gak pake bh ‘n celana dalam?”.
“iya donk mbah”.
“bentar ya, mbah panggil dulu piaraan mbah”. Aku jadi deg-degan karena aku penasaran dengan piaraan Mbah Centeng itu. Akhirnya muncullah kedua piaraan Mbah Centeng yang ternyata 2 jin berwajah seram.
“ada apa bos,, manggil-manggil kami, orang lagi enak-enak tidur juga,,,”.
“tidur mulu,, tuh liat di depan lo ada siapa!!”. Mereka berdua langsung menatapku dengan mata mereka yang menyeramkan.
“wuah,, cantik sekali,, siapa ini bos?”.
“lah,, kok bisa ngerti cantik apa nggak sih,, jin apaan nih?”, tanyaku dalam hati.
“ini sekretaris gue yang baru”.
“bos tumben pake sekretaris?”.
“iya,, biar gue tiap hari bisa cuci mata, lagipula dia seneng ‘n mau jadi sekretaris gue”.
“boleh kenalan gak bos?”.
“justru itu,, gue manggil lo berdua biar kenalan ama sekretaris cantik gue”. Mereka berdua mendekatiku dan mengubah wujud mereka menjadi lebih kecil sehingga sepantaran dengan Mbah Centeng.
“perkenalkan,, nama gue Tomang”.
“nama gue Cuprit”.
“nama saya Vina”.
“Vina,, cantik sekali,,”, kata Cuprit.
“terima kasih”.
“bos, kok dia telanjang?”, tanya Tomang ke Mbah Centeng.
“itu dia, supaya lo bertiga lebih deket,, lo berdua boleh ******* ama dia”.
“si bos sembarangan aja,, mana mau cewek secantik Vina ini ******* ama 2 jin yang serem kayak kita, bener kan neng Vina?”, ujar Cuprit.
“nggak kok, bener apa kata Mbah Centeng,, kalian boleh kok menikmati tubuh saya”.
“yang bener nih?”, tanya Tomang keheranan mendengar kata-kata itu keluar dari bibir mungil seorang gadis cantik sepertiku.
“bener kok,, saya kan bakal jadi rekan kerja kalian”.
“bos,, gimana nih?”.
“yaudah,, silakan,, itung-itung hadiah buat lo berdua karena lo berdua adalah 2 jin gue yang paling penurut”.
“makasih bos”, jawab mereka berdua serentak. 2 jin itu berubah bentuk, yang tadinya bagian bawah tubuh mereka adalah asap kini menjadi seperti bagian bawah seorang laki-laki. Cuprit mempunyai penis yang panjang tapi kurus, sedangkan Tomang mempunyai penis yang gemuk tapi pendek.
“maaf ya neng Vina,, kami nyobain badan neng dulu”.
“silakan aja,, saya bakal ngelayanin kalian berdua”, jawabku sambil terkesima dengan kesopanan mereka yang seperti seorang pria bangsawan.
Tomang si berbadan besar mendekatiku yang duduk tanpa berbusana di tengah-tengah ruangan dari arah kananku, sementara Cuprit yang berbadan kurus mendekati dari arah kiriku. Secara perlahan, aku menurunkan tubuhku dan ditahan oleh kedua jin itu dengan kedua tangan mereka. Sekarang aku tidur terlentang sambil pasrah kepada dua jin yang akan mencicipi tubuhku.
“ohh,, gue udah gak sabar pengen nyobain memek neng Vina ini, Mang”, kata Cuprit pada Tomang.
“sama ama gue”, balas Tomang.
“yaudah,, ayo dimulai aja”, kataku menyela pembicaraan mereka.
“ok deh,, kalo emang diijinin”, balas Tomang. Tomang mulai menjilati seluruh bagian payudara kananku, sementara Cuprit menyapukan lidahnya juga di seluruh bagian payudara kiriku, baru kali ini aku merasakan kedua buah payudaraku disapu oleh 2 jin secara bersamaan, rupanya lidah mereka lebih kasar dan panjang dibandingkan dengan manusia. Mulut mereka juga bisa melebar dengan ukuran yang tak dapat dipercaya, bahkan mereka bisa memasukkan payudaraku yang berukuran 34B secara utuh ke dalam mulut mereka sehingga tidak heran lagi, baik payudara kanan maupun kiriku bermandikan air liur mereka.
Tidak henti-hentinya mereka memainkan mulut mereka di kedua buah payudaraku, juga sambil asyik melahap payudaraku masing-masing, Tomang dan Cuprit juga secara bergantian mengelus-elus daerah selangkanganku mulai dari bawah sampai ke atas hingga mengenai klitorisku sehingga aku tidak bisa diam dan menggelinjang kesana kemari menerima rangsangan birahi dari 2 jin yang sangat ahli memainkan tubuh wanita, apalagi aku memang sensitif. Akhirnya hanya dalam waktu 7 menit, aku mencapai orgasme dan mengeluarkan desahan nikmat.
“aaahhh,,,mmhhhh,,,oohhh”.
“wah, udah keluar ya neng Vina”, aku hanya mengangguk pelan.
“kalau gitu, gue duluan ya Prit,, gue kan abang lo”.
“curang lo, pake abang-abangan segala,, yaudah sono duluan,, tapi ntar bersihin loh,, jigong lo kan bau neraka”.
“ya iyalah,, kita kan emang dari neraka”.
Tomang pun memuntahkan payudara kananku yang tadi sedang dimasukkan ke dalam mulutnya lalu dia bergerak ke arah selangkanganku. Aku menekuk kakiku yang tadinya lurus dan tegang, setelah itu aku melebarkan kedua kakiku sehingga memberikan pemandangan indah ke Tomang yang sudah menaruh wajahnya di tengah-tengah kedua pahaku.
“hmm,,neng Vina memeknya wangi ‘n bentuknya bagus banget”, komentar Tomang sambil mengelus-elus belahan vaginaku dari bawah ke atas, kemudian dia memainkan klitorisku membuatku semakin kegelian dan keenakan.
“jiilaatt,,,donnngg”, kataku meminta karena birahiku yang sudah tidak bisa kutahan lagi. Tomang mulai menjulurkan lidahnya, dan akhirnya lidahnya menyentuh bibir vaginaku yang sudah basah akibat orgasme pertamaku tadi.
“ahhhh,,,teeruusss”. Dengan dukungan dariku Tomang menggerakkan lidahnya dan menyapu bibir luar vaginaku dari atas ke bawah, dan sebaliknya sehingga tidak heran aku menggelinjang karena selain memang terasa nikmat, beberapa kali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *