Sex Membalas Dendam Kepada Suamiku Part 1

Sungguh aku amat bahagia sekali ketika Mas Dodo mengajakku pindah rumah yang baru dibelinya secara cicilan, namun amat bagus dan sesuai dengan seleraku.Apalagi dari pernikahanku yang memasuki tahun ke lima ini kami telah di beri seorang momongan anak perempuan yang cantik dan lucu sekali.Usianya baru menginjak tiga tahun.Sebelum ini kami menempati rumah kontrakan yang kami sewa secara tahunan. Namun merasa semakin besarn ya dan untuk perkembangan pertumbuhan anak kami makanya Mas Dodo mengambil inisiatif untuk mengambilnya juga,meski dengan harga yang cukup mahal menurut aku. Sex 
Padahal dulunya orangtuaku mengajakku untuk tinggal serumah dengan mereka.Namun karena inisiatif Mas Dodo yang ingin membentuk kelurga yang mandiri maka sebagai istri aku harus menurut kata suamiku. Kini kami sudah menempati rumah hasil jerih payah kami selama ini,yang meskipun cicilan namun bentuk dan luas bangunan rumah ini amat cukup untuk kami membesarkan anak-anak kelak.Selain memiliki halaman yang cukup dan garasi yang bisa menampung dua buah mobil kami. Dibelakang rumah juga ada pekarangan yang bisa kami gunakan untuk bersantai dan bermain sikecil.Mas Dodo amat tepat memilih lokasi yang masih cukup jauh dari hiruk pikuk kota juga telah memiliki berbagai fasilitas dan akses yang mudah ketempat kami bekerja.
Sengaja hingga saat ini aku tidak mengambil pembantu atau baby sitter,karena aku ingin membesarkan anakku dengan kasih sayangku sendiri dan memberikan perhatian untuk pertumbuhan buah hati kami.Jika aku berangkat kerja,maka anakku aku titipkan kerumah ibu yang letaknya tidak jauh dari kantorku.Jadi jika istirahat kantor aku bisa melihat anakku.Ibukupun tidak keberatan jika anakku aku tinggal.Beliau amat suka dan sebagai hiburan baginya, karena adikku yang bungsu sering tidak dirumah dan sibuk kuliah.Kini setiap sore, aku selalu menjemput anakku di rumah ibu. Setiba dirumah aku pun beres-beres pekerjaan rumah juga masak seperlunya untuk sarapan kami sekeluarga.Syukurlah suamiku orangnya tidak neko-neko.Ia amat menikmati saja apa yang aku suguhkan di meja makan.Padahal aku tahu ia amat lapar jika pulang kantor malam hari.Aku selalu membuatkan masakan kesukaannya jika hari sabtu dimana kami bisa berkumpul lengkap karena libur kantor.Biasanya kami mengisinya dengan masak-masak,atau terkadang makan diluar atau berkunjung kerumah ibu.Dan biasanya ibu sudah menyiapakan makanan kesukaan kami.Selama ini aku rasakan hidupku amat bahagia memiliki seorang suami yang pengertian dan baik.
Dengan rutinitas yang semakin padat juga karena kenaikan jabatan suamiku,maka akhirnya akupun minta mengundurkan diri dari pekerjaan karena buah hatiku amat membutuhkan perhatianku.Namun pimpinan tempat kerjaku malah meminta aku agar tetap bergabung dengan mereka dan aku di beri kelonggaran dengan kerja paruh waktu,aku diberi kebebasan bisa masuk kantor atau terkadang mereka memberikan aku perintah kerja dengan fasilitas online yang terhubung ke rumah aku.Mereka merasa amat membutuhkan tenagaku.Jadi kini aku seakan lega karena selain bisa terus eksis di pekerjaan aku juga bisa mengawasi perkembangan anakku.
Namun kini kebahagiaan aku agak sedikit terganggu dengan adanya gangguan gangguan kecil di rumahku.Jika disaat aku akan keluar rumah dengan mobilku selalu melewati pos penjagaan yang di jaga seorang Satpam perumahan.Aku amat merasa tidak nyaman akan pandangannya yang aku rasa amat kurang ajar itu.Terkadang aku sempat memergoki pandangan matanya kea rah belahan blus kerjaku.Aku merasa risi di pandangi seperti itu.Aku juga merasa di telanjangi jika berpapasan dengannya.Sudah sering memang kejadian ini aku alami di pos rumahku ini.Pernah aku ingin bilang pada suamiku,namun aku masih menahannya agar dia tak merasa terganggu.Namun tiap kali aku lewat dan bertemu pandang dengannya dia selalu menatapku seperti menatap secara cabul.Akhirnya aku tak tahan,suatu malam aku bicarakan dengan suamiku.
“Pa…papa kenal dengan satpam yang item dan gendut itu pa?” tanyaku.
“Yang mana?” suamiku bertanya balik dan mengingat ingat.
“itu tuh yang brewokan itu” kataku menerangkan
“ooohhh…abang Saroji,ya itu namanya Abang Saroji” lalu suamiku bertanya “memangnya mama ada urusan apa dengan dia?” Lalu aku jawab, “dia koq jika melihat aku tuh seperti mau menelanku mentah mentah lo Pah?” Sex
Sambil tertawa suamiku bilang, “ah…dia orangnya baik koq..papa aja sering di tawari kopi,jika papa pulang malam.Mungkin dia gak tau kali,jika mama adalah istri papa” terang suamiku.
“Tapi dia amat kurang ajar lo pah…dari pandangannya itu.” terangku lagi..
Yah…mungkin dia jarang lihat orang cantik seperti mama ,,,,jadi dia tuh,,masih agak kaget,,jawab suamiku sambil membelai rambutku…Ah…papa..jawabku….agak manyun..
Aku takut pah…jawabku lagi…ya,,,mungkin aja mama dia lihat agak lain dengan yang lain,,misalnya mama jarang senyum atau nyapa dia…jadi ya dia kayak itu…terang suamiku lagi.Aku diam mendengar keterangan suamiku.Memang ada benarnya juga kata kata suamiku itu.Selama ini aku jarang bertegur sapa dengan satpam itu.Apalagi mau senyum,,memang sih aku akui itu.
Di blok rumahku memang baru ada dua rumah yang terisi, namun jarak rumahku dan rumah yang satu lagi agak jauh. Apalagi penghuninya jarang keluar rumah dan tampaknya rumah itu jarang di tempati pemiliknya yang seorang karyawan swasta di Jakarta,.mungkin rumah itu di ambilnya hanya untuk investasi saja. photomemek.com  Aku jarang melihat penghuninya.Dan masih menurut suamiku,kita yang tinggal di tempat baru ini harus bisa agak sedikit ramah kepada masyarakat sekeliling sebab pemukiman ini baru saja selesai dan dibalik tembok pembatas perumahan ini ada perumahan penduduk setempat. Suamikupun berkata bahwa tenaga tenaga pembantu di blok blok lain kebanyakan dari penduduk di balik tembok itu termasuk satpamnya.Akupun akhirnya berusaha merubah sikapku selama ini kepada satpam itu. Suamiku juga pernah dapat informasi dari pihak pengembang,bahwa bang Saroji itu adalah jawara di kampung itu.Dan karena alasan keamanan makanya pihak pengembang merekrutnya jadi tenaga keamanan di kompleks ini. Jadi tidak heran jika diantara sekian banyak tenaga satpam di kompleks itu adalah anak buah bang Saroji….jelas suamiku.Makanya suamikupun berusaha berbaik baik dengannya sebab tidak ingin nantinya diganggu oleh mereka.
Hari-hari berikutnya, akupun kembali sibuk seperti biasanya keluar dan masuk kompleks jika ada keperluan. Kini aku sudah berusaha untuk menyapa dan berbaik baik dengan satpam itu. Memang dia juga sudah mulai tidak menakutkan aku lagi jika bertemu di pos. Namun yang aku masih risi adalah pandangan matanya yang seolah menembus busanaku ini yang membuatku kurang nyaman.padahal aku sudah berpakaian dengan benar dan menurut norma ketimuran.Akupun semakin merasa tak nyaman jika dia yang menjaga di pos itu. Kini aku semakin tersiksa karena,suamiku semakin sering dinas keluar kota karena jabatannya bertambah tinggi.Terkadang mas Dodo keluar kota untuk seminggu atau paling cepat tiga hari. Saat aku dirumah berdua dengan anakku seakan ada yang mengintai. Kadang jika tengah malam terdengar krasak-kusuk di pagar rumahku atau lemparan kerikil di atapnya.Aku sering melihat keluar rumah, namun aneh tak ada seorang yang terlihat.Apalagi aku takutnya karena rumah disebelahku masih banyak yang kosong.Ingin rasanya malam itu aku menelpon mas Dodo atau minta pertolongan polisi, namun tidak kulakukan karena takutnya nanti malah ditertawakan karena belum ada bukti bahwa aku mendapat terror. Maka, semua itu aku pendam saja di dada, aku hanya berasumsi positif saja,mungkin itu adalah bunyi musang atau tikus yang berjalan mencari makanan di malam hari. Akhirnya malam itu aku tetidur karena pikiranku mulai capai, untunglah anakku tidak terganggu oleh bunyi bunyian itu. Ia terlihat amat lelap tidurnya di kamar sebelah.
Pagi pagi aku bangun dengan perasaan masih ngantuk yang amat sangat karena malam aku tertidur amat larut .Pagi itu suamiku nelpon mengabarkan bahwa ia mungkin pulang agak bergeser harinya,sebab banyak urusan yang belum kelar pada waktunya.Aku mengiyakan saja permintaan suamiku itu,tidak lupa ia juga menanyakan keadaan anak kami.Akupun kembali larut dengan rutinitasku seperti biasanya.Aku kembali mengantar anakku sebelum masuk kantor.Syukurlah di kantor pekerjaan ku tidak terlalu banyak.Aku hanya bertugas memeriksa hasil kerja staffku lalu aku bisa sedikit santai.Sore seperti biasaya aku pulang dan menjemput anakku kerumah ibu.Aku sempat istirahat sebentar di rumah ibu dan berbincang dengan beliau. Tak lama kemudian aku pun pulang kerumahku melalui jalan yang sore itu agak sedikit macet. Syukurlah sampai dirumah tidak terlalu malam ya kira-kira jam 19.00 wib.Aku pun membersihan tubuh anakku dan tubuhku yang terasa penat.
Beberapa hari kemudian suamiku pulang dan membawa sedikit oleh-oleh untuk kami.Aku sangat bahagia karena kini kami berkumpul kembali seperti biasanya. Karena oleh2 yang dibawa suamiku tidak sanggup kami habiskan sendiri, ia menyarankan agar makanan itu di berikan saja pada Bang Roji. Aku sich setuju saja sebab tidak mungkin bagi kami akan menghabiskan makanan itu. Namun suamiku minta aku yang mengantarkannya ke Bang Roji yang sedang berjaga di posnya. Yah…hitung-hitung basa basi pikirku. Akupun keluar rumah dengan mengendarai sebuah sepeda santai menuju ke posnya. Syukurlah malam itu, ia yang sedang jaga.Dengan sapaan lembut aku sapa dia.
“Bang Roji”lagi jaga ya..bang? tanyaku
“Ooh,,,ibu Risa,,ada yang perlu saya bantu?” jawabnya basa basi.
“Eehh…nggak koq Bang…ini…tadi Mas Dodo dari luar kota dan ia titip oleh-oleh ini” aku menyodorkan bungkusan itu padanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *