Seksual sekunder merujuk pada ciri-ciri fisik yang mengalami perkembangan selama pubertas yang membedakan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Perubahan ini terjadi sebagai hasil dari perubahan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tubuh seseorang.
Pada laki-laki, ciri-ciri seksual sekunder meliputi pertumbuhan rambut di wajah dan tubuh, perubahan suara menjadi lebih dalam, perkembangan otot yang lebih besar, dan perkembangan alat kelamin eksternal yang lebih matang. Selain itu, laki-laki juga mengalami perubahan pada struktur tulang yang membuat tubuhnya menjadi lebih besar dan lebih berotot.
Di sisi lain, pada perempuan, ciri-ciri seksual sekunder meliputi pertumbuhan payudara, perubahan bentuk tubuh yang mengalami pinggul yang lebih lebar, perkembangan lemak tubuh yang lebih banyak terutama di area paha dan dada, serta pertumbuhan rambut di area pubis dan ketiak.
Pengembangan ciri-ciri seksual sekunder ini bukan hanya menandai transisi fisik dari anak-anak menuju kedewasaan, tetapi juga memainkan peran penting dalam identitas gender seseorang. Identifikasi dan pengenalan ciri-ciri ini dapat membantu individu dalam memahami dan merangkul identitas dan peran gender mereka dalam masyarakat.
Pentingnya pendidikan mengenai seksual sekunder adalah untuk mempersiapkan individu, terutama remaja, untuk menghadapi perubahan fisik ini dengan pemahaman dan kesiapan yang tepat. Dengan memahami peran dan pengaruh ciri-ciri seksual sekunder, kita dapat mendukung perkembangan positif dan kesehatan fisik, emosional, dan psikologis dari masa remaja hingga dewasa.