Cerita Sex Tubuhku Jadi Taruhan Judi Suamiku part 1

Cerita Sex Tubuhku Jadi Taruhan Judi Suamiku, Monica nyaris putus asa dalam menjalani hidup ini. Suaminya, Herman, justru menjadikannya sebagai seorang pelacur. Aku tak pernah menyangka jika Mas Herman tega menjual tubuhku. Ketika pertama kali aku mengenalnya, dia adalah laki-laki yang baik dan selalu menjagaku dari berbagai godaan laki-laki lain. Kami menikah lima tahun yang lalu dan dikarunai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun dan kami beri nama Wang. Perkawinan kami mulus-mulus saja sampai Wang muncul diantara kami. Tentu saja waktuku banyak tersita untuk mendidik Wang.

Mas Herman berkerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang  sayuran, sedangkan aku hanya tinggal di rumah. Tetapi aku tidak pernah mengeluh. Aku tetap sabar menjalankan tugasku sebagai ibu rumah tangga sebaik-baiknya. Sebenarnya setiap hari bisa saja Mas Herman pulang sore hari. Tetapi belakangan ini dia selalu pulang terlambat. Bahkan sampai larut malam. Pernah ketika kutanyakan, kemana saja kalau pulang terlambat. Dia hanya menjawab “Aku mencari penghasilan tambahan Mon”, jawabnya singkat.

Mas Herman makin sering pulang larut malam, bahkan pernah satu kali dia pulang dengan mulut berbau alkohol, jalannya agak sempoyongan, rupanya dia mabuk. Aku mulai bertanya-tanya, sejak kapan suamiku mulai gemar minum-minum arak. Selama ini aku tidak pernah melihatnya seperti ini. Kadang-kadang ia memberikan uang belanja lebih padaku. Atau pulang dengan membawa oleh-oleh untuk aku dan Wang anak kami.

Setiap kali aku menyinggung aktivitasnya, Mas Herman berusaha menghindari. “Kita jalankan saja peran masing-masing. Aku cari uang dan kamu yang mengurus rumah. Aku tidak pernah menanyakan pekerjaanmu, jadi lebih baik kamu juga begitu”, katanya.

Aku baru bisa menerka-nerka apa aktivitasnya ketika suatu malam, dia memintaku untuk menjual gelang yang kupakai. Ia mengaku kalah bermain judi dengan seseorang dan perlu uang untuk menutupi utang atas kekalahannya, jadi itu yang dilakukannya selama ini. Sebagai seorang istri yang berusaha berbakti kepada suami, aku memberikan gelang itu. Toh dia juga yang membelikan gelang itu. Aku memang diajarkan untuk menemani suami dalam suka maupun duka. ngentot

Suatu sore saat Mas Herman belum pulang, seorang temannya yang mengaku bernama Edwin berkunjung ke rumah. Kedatangan Edwin inilah yang memicu perubahan dalam rumah tanggaku. Edwin datang untuk menagih utang-utang suamiku kepadanya. Jumlahnya sekitar sepuluh juta rupiah. Mas Herman berjanji untuk melunasi utangnya itu. Aku berkata terus-terang bahwa aku tidak tahu-menahu mengenai utang itu, kemudian aku menyuruhnya untuk kembali besok saja.

Tetapi dengan pandangan nakal dia tersenyum, “Lebih baik saya menunggu saja Mbak, itung-itung menemani Mbak.”

Aku agak risih mendengar ucapannya itu, lebih-lebih ketika melihat tatapan liar matanya yang seakan-akan ingin menelanjangi diriku.

“Herman tidak pernah cerita kepada saya, kalau ia memiliki istri yang begitu cantiknya. Menurut saya, sayang sekali bunga yang indah hanya dipajang di rumah saja” ucap Edwin.

Aku makin tidak enak hati mendengar ucapan rayuan-rayuan gombalnya itu, Tetapi aku mencoba menahan diri, karena Mas Herman berutang uang kepadanya. Dalam hati aku berdoa agar Mas Herman cepat pulang ke rumah, sehingga aku tidak perlu berlama-lama mengenalnya.

Untung saja tak lama kemudian Mas Herman pulang. Kalau tidak pasti aku sudah muntah mendengar kata-katanya itu. Begitu melihat Edwin, Mas Herman tampak lemas. Dia tahu pasti Edwin akan menagih hutang-hutangnya itu. Aku meninggalkan mereka di ruang tamu, Mas Herman kulihat menyerahkan amplop coklat. Mungkin Mas Herman sudah bisa melunasi hutangnya. Aku tidak dapat mendengar pembicaraannya, namun kulihat Mas Herman menunduk dan sesekali terlihat berusaha menyabarkan temannya itu.

Setelah Edwin pulang, Mas Herman memintaku menyiapkan makan malam. Dia menikmati sajian makan malam tanpa banyak bicara, Aku juga menanyakan apa saja yang dibicarakannya dengan Edwin. Aku menyadari Mas Herman sedang suntuk, jadi lebih baik aku menahan diri. Setelah selesai makan, Mas Herman langsung mandi dan masuk ke kamar tidur, aku menyusul masuk kamar satu jam kemudian setelah berhasil menidurkan Wang di kamarnya.

Ketika aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang, Mas Herman kemudian memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta ‘jatahnya’ malam ini. Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Herman mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku sebentar, Mas Herman mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan celana dalamku. ngentot

Setelah itu Mas Herman sedikit demi sedikit mulai menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuhku, tidak ada yang terlewati. Kemudian aku membantu Mas Herman untuk melapaskan seluruh pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas Herman yang sudah mulai agak menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.

Dengan penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Herman, kumain-mainkan sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai mengulum batang penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang penis Mas Herman terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras. Aku menyedot batang Mas Herman dengan semampuku, kulihat Mas Herman begitu bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan kepadanya.

Mas Herman kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar keseluruh bagian tubuhku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan liang vaginaku mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di belahan liang vaginaku.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *