Cerita Sex Rindu Kehangatan Part 1

Sore harinya, sepulang kerja Bu Nara yang sebenarnya sudah pulang dari jam empat benar-benar menunggu Susilo. Sepertinya dia benar-benar ingin mengajak Susilo main ke rumahnya. Tampaknya benar-benar ada yang ingin dia utarakannya kepada Susilo.

“Belum pulang, Bu?” tanya Susilo. Sex 
“Belum. Bukankah tadi aku sudah katakan, kalau aku ingin mengajakmu main ke rumahku . . .?” jawab Siti Nara sambil tersenyum, yang semakin membuat wajahnya bertambah cantik.
“Oh, maaf, saya kira tadi Ibu tidak serius.”
“Kau mau kan menemaniku pulang, Sus?”
Susilo tidak bisa menolak ajakannya. Akhirnya Susilo pun menurut naik ke dalam mobil Siti Nara.
Sambil menempuh perjalanan menuju ke rumahnya, Siti Nara pun mengajak Susilo ngobrol.
“Kau sudah menikah, Sus?”
“Sudah, Bu.”
“Ah, jangan panggil aku dengan panggilan Bu kalau di luar.”
“Maa, kenapa memangnya?”
“Ya, kedengarannya jadi kurangakrab.”
“Terus saya harus panggil apa?”
“Panggil saja namaku, Nara.”
“Tapi, kalau hanya saja, rasanya tak enak.”
“Ya, kasih embel-embel apa kek, asal jangan Bu dan Tante.”
“Baiklah, bagaimana kalau Mbak?”
“Ya, aku suka mendengarnya.”
Mereka terus ngobrol. Hingga tanpa terasa, mereka pun sampai di rumah Siti Nara yang besar dan megah.
“Ayo, Sus,” ajak Siti Nara sambil tanpa ragu menggandeng tangan Susilo masuk ke dalam rumahnya yang megah dan mewah itu.
Susilo pun tidak bisa menolak, menuruti langkahnya masuk.
“Duduk, Sus . . “
“Terimakasih, Mbak.” Susilo pun menurut di sofa ruang tamu yang luas.
“Mau minum apa, Sus?”
“Apa saja. . .”
“Sebentar, ya?”
Siti Nara pun pergi meninggalkan Susilo yang sendiri di ruang tamu. Tak lama kemudian, seorang pembantu keluar dengan membawakan dua gelas minuman dan meletakkannya di atas meja di depan Susilo duduk. Sex 
“Silahkan, Tuam.”
“Terimakasih, Bi.”
Setelah menghilang hampir lima menit, Siti Nara kembali keluar. Kali ini dia mengenakan celana pendek dan T-Shirt. Sehingga kulit pahanya yang kuning langsat, dengan jelas dapat terlihat. Dengan bibir tersenyum dia duduk di depan Susilo.
“Ayo diminum, Sus.”
“Terimakasih, Mbak,” Susilo pun menurut meminum suguhan itu.
Mereka pun kembali ngobrol. Ketika Susilo bertanya mengenai suaminya, tiba-tiba wajah Siti Nara berubah menjadi murung. Dan semua itu membuat Susilo jadi merasa bersalah.
“Maaf, kalau pertanyaanku telah membuat Mbak sedih. . .”
“Ah, tidak . . . Justru itulah yang hendak kuceritakan padamu. Selama ini, masalah ini hanya kupendam sendiri. Aku tak tahu kepada siapa harus kubagi dukaku ini. Baru setelah bertemu denganmu, aku merasa kalau kaulah yang bisa kuajak untuk bebagi dukaku.”
“Bagaimana Mbak yakin, kalau aku bisa Mbak percaya?”
“Aku lihat dari perhatianmu kepadaku dan juga tanggung jawabmu.”
“Jika memang Mbak percaya padaku, aku pun akan berusaha mendengarnya.
Dengan wajah masih menunjukkan kemurungan dan kesedihan, Siti Nara pun menceritakan apa yang terjadi dalam kehidupannya. Lelaki yang menjadi kekasihnya, dan kepadanya dia percayakan sepenuhnya cinta kasih, tega mengkhianatinya. Kekasihnya yang telah merenggut kegadisannya, kecantol perempuan lain dan meninggalkannya. Hal itu membuatnya jadi kecewa dan menaruh dendam pada lelaki. Itu sebabnya, selama ini dia senantiasa bersikap dingin dan agak angkuh pada lelaki. Baru setelah bertemu dengan Susilo dan melihat sikap Susilo yang menurut penilaiannya berbeda dengan sifat dan sikap kekasihnya, hatinya pun jadi luluh.
Terperangah Susilo mendengar penuturan Siti Nara. Dan lebih terperangah lagi, ketika tiba-tiba Siti Nara pindah duduknya di sampingnya dan sambil menangis dia merebahkan kepalanya dan membenamkan wajahnya di pundak Susilo.
“Sus, maukah kau mengerti perasaanku?”
“Maksud Mbak?”
“Jujur saja, sebagai wanita normal, aku membutuhkan cainta kasih dan kehangatan dari seorang lelaki. Mungkin bisa saja kudapatkan banyak lelaki, namun terus terang tak ada lelaki yang aku percayai. Hanya padamulah aku percaya. Karena itu, kuharap kau mau mengerti perasaanku . . .”
Siti Nara semakin erat memeluk Susilo, wajahnya semakin terbenam di dada lelaki tampan itu. Sehingga air matanya pun membasahi dada Susilo.
Tergetar hati Susilo mendengar ratapannya. Perlahan dibimbingnya wajah Siti Nara untuk memandangke wajahnya. Lalu dengan halus dan lembut, disekanya air mata perempuan cantik itu mengalir membasahi pipi.
“Jangan menangis, Mbak. . .”
“Aku sedih, kenapa lelaki tega menyakitiku?”
“Tak semua lelaki begitu, Mbak.”
“Adakah lelaki yang mau perduli dengan penderitaanku?”
Susilo tak langsung menjawab. Hatinya diliputi kebimbangan yang mendalam.
“Jawablah, Sus. Adakah lelkai mau mengerti perasaankudan mau memberiku cinta kasih yang selama ini tak pernah kudapatkan. . .?” taya Siti Nara setengah mendesak.
“Ada.”
“Siapa?”
Kembali Susilo tak langsungmemberi jawaban. Hal itu membuat Siti Nara semakin bertambah penasaran, ingin tahu bagaimana sebenarnya perasaan lelaki itu. Namun karena Susilo tak juga mau menjawabnya, akhirnya dengan didahului helaan napas panjang. Siti Nara kembali berkata.
“Sebagai ungkapan rasa terimakasihku karena kau berkenan mengantar dan singgah di gubugku, bagaimana kalau kita berdansa?” ajak Siti Nara sambil tersenyum. Lalu sebelum Susilo menjawab, Siti Nara telah mengulurkan tangannya yang lembut ke arah lelaki tampan yang sedang dilanda kegelisahan hatinya, mengajak lelaki itu untuk menyambutinya.
Susilo pun akhirnya menurut. Dia sambut uluran tangan gadis cantik itu mereka pun melangkah ke ruang tengah. Sesampainya di tengah, mereka pun berdansa.
Irama musik yang lembut, membuat mereka semakin bertambah hanyut. Tubuh Siti Nara menempel di tubuh Susilo. Buah dadanya yang besar menekan dada lelaki itu, membuat darah kelelakian Susilo seketika berdesir. Terlebih saat tangan Siti Nara yang lembut membelai dadanya. Darah kelelakian Susilo pun semakin menggelegar. Kemudian, Siti Nara perlahan memejamkan kedua matanya sambil merekahkan bibirnya yang sesual.
“Ciumlah aku,” bisik Siti Nara lembut meminta.
Susilo yang sedang dilanda kegelisahan hati setiap kali ingat akan apa yang terjadi antara istrinya dengan Pak Fernandes, menurut melumat bibir gadis cantik yang menawan itu. Sehingga bibir gadis cantik mereka pun saling berpagut. Maka sambil bercumbu, mereka pun terus menari.
Susilo pun akhirnya jadi lupa waktu. Meski jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi dia tidak tahu. Lelaki itu terus saja melayani keinginan Siti Nara. Bahkan, ketika Siti Nara tanpa membimbingya kedalam kamar, lelaki tampan yang hatinya senantiasa dilanda kegelisahan itu pun menurut saja.
Sesampainya didalam kamar, dengan bibir masih membalas lumatan Susilo, tangan Siti Nara pun dengan lembut bergerak melepaskan jas yang dikenakan lelaki tampan itu. Menyusul dasi, kemudian baju hem yang dikenakan Susilo. Dan terus bergerak melepaskan ikat pinggang serta celana lelaki tampan itu. www.filmbokepjepang.net  Lalu menggusur celana dalam Susilo. Sehingga dalam sekejap saja, tubuh susilo pun sudah dalam keadaan keadaan polos, tak tertutup sehelai benang pun.
Setelah tubuh lelaki tampan itu polos, Siti Nara kemudian mendorong tubuh lelaki itu hingga terjatuh terlentang di atas kasur springbadnya. Kemudian dengan bibir tersenyum menantang, Siti Nara melepaskan seluruh pakaiannya sehingga dalam sekejap saja tubuhnya yang indah dan mempesona sudah terbuka menantang di hadapapan Susilo.
“Mbak, apa yang kau lakukan?” tanya Susilo heran melihat kelakuan yang ditunjukkan Siti Nara.
“Aku menyukaimu, Sus. Salahkah jika aku menyukaimu?” tanyanya seraya menindih tubuh Susilo. Kemudian tanpa memperdulikan bagaimana perasaan lelaki tampan bawahannya itu, Siti Nara pun mulai melakukan aksinya. Tangannya yang halus mulai melakukan belaian lembut di dada Susilo. Sedang lidahnya dengan nakal, menjilati dan menggelitik setiap sudut tubuh Susilo dengan jilatan dan gelitik mesra. Sehingga membuat gairah kelelakian Susilo pun terbakar.
Semula Susilo bermaksud membalas perlakuan Siti Nara pada dirinya, namun dengan cepat Siti Nara melarangnya.
“Diam saja, Sus. Biar aku yang melayanimu dan memberimu kepuasan,” katanya seraya terus beraksi melakukan cumbuan-cumbuan lembut namun menggelegar Susilo rasakan pada bagian-bagian tubuh lelaki itu yang sensitif. Sehingga membuat Susilo harus mengerang dan mengeluh kenikmatan. Terlebih ketika tanpa rasa jijik, dengan mulut dan lidahnya Siti Nara menggelitik dan melumat batang kelelakiannya, Susilo pun harus melenguh panjang dengan mata terpejam-pejam, merasakan kenikmatan yang tiada duanya.
“Ohh. . . Mbak Nara. . . Uhh. . .”
“Bagaimana, Sus. . .?” tanya Siti Nara sesaat melepaskan kulumannya sambil memandang ke wajah tampan Susilo dengan senyum menggoda.
“Kau memang luar biasa, Nara.”
“Untukmu, akan aku berikan yang terbaik.”
“Kenapa kau lakukan ini?” tanya Susilo.
“Karena aku menyukaimu. . .”jawab Siti Nara sambil kembali melakukan aksinya, yang membuat Susilo semakin bertambah bling-satan tak karuan. Melenguh dan merintih kenikmatan. Tangannya pun dengan kuat mencekram rambut kepala gadis cantik itu, hingga mulut gadis itu semakin terbenam di selangkangannya.
Siti Nara pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia pun terus melakukan aksinya mengulum dan mengocok batang kelelakian Susilo, sehingga ukuran batang kelelakian lelaki tampan itu semakin bertambah besar dan panjang.
“Ouw. . . Mbak. . . Ahh. . .” Susilo kembali melenguh dengan tubuh menggeliat-geliat tak karuan. Sedang tangannya, semakin kuat meremas rambut kepala Siti Nara dan menekannya. Sehingga mulut gadis cantik itu semakin terbenam di selangkangannya, membuat batang kelelakiannya semakin amblas masuk kedalam mulut gadis cantik itu sampai pangkalnya.
Bagai tak mendengar rintihan dan lenguhan Susilo, dan bagai tak perduli dengan remasan serta tekanan tangan lelaki itu di kepalanya, gadis cantik itu terus saja melakukan aksinya. Mulutnya terus saja melakukan kuluman, sedang tangannya membantu dengan cara mengocok batang kelelakian Susilo dan buah zakar lelaki itu yang menggantung menggemaskan.
“Mbak. . . Ouhh. . . Aku tak tahan. . .” erang dengan mata membeliak dan tubuh mengejang. Tangannya pun semakin kuat meremas dan menekan kepala Siti Nara, sehingga wajah gadis itu semakin dalam menghunam diselangkangannya. Dan pada saat itu, dari lubang kecil pada kepala batang kelelakian Susilo menyembur dengan kuat cairan kental kenikmatan.
“Ohh . . .” Siti Nara turut melenguh kenikmatan, sebab pada saat air kenikmatan yang keluar dari lubang kecil di kepala batang kelelakian Susilo menyemburkan cairan kenikmatan yang tertelan kedalam mulutnya, saat itu juga dari dalam lubang kewanitaan Siti Nara  mengalir deras cairan kenikmatan pula. Tubuh Siti Nara pun tertunduk lemas dengan mata sayu memandang ke batang kelelakian Susilo yang masih tampak basah.
Dengan lemas gadis cantik itu bangun, lalu merebahkan tubuhnya di samping tubuh Susilo. Tangannya dengan lembut dan mesra membelai dada Susilo yang bidang.
“Terimakasih, Mbak, kau telah membuatku puas. . .”
“Hanya itu yang kau berikan sebagai balasan atas apa yang telah kulakukan?” tanya Siti Nara.
“Aku ingin malam ini kita sama-sama merasakan kepuasan, Sus . . . Sudah lama aku tak pernah merasakan kehangatan dari seorang lelaki . . . Aku sangat merindukan sekali kehangatan dirimu, Sus. . .”
Susilo mengerti apa yang di inginkan gadis cantik itu. Maka setelah istirahat sebentar, Susilo pun gantian memainkan perannya. Dia mulai melakukan cumbuan-cumbuan pembangkit gairah pada gadis itu. Dan Siti Nara yang memang menginginkan lelaki itu menjadi  miliknya, membalas serangan yang  dilakukan Susilo. Dia ingin menunjukkan pada Susilo, kalau dia dapat memberikan kepuasan yang sempurna pada lelaki itu, sehingga akan membuat Susilo tergila-gila kepadanya.
Selasai melakukan tugasnya, wanita cantik itu pun bangun dan merebahkan tubuhnya di samping Susilo. Tangannya tetap memegangi batang kelelakian Susilo. Memijit dan mengurut batang kelelakian Susilo, sehingga membuat batang kelelakian Susilo yang semula telah mengecil, kembali menegang.
“Ayo, Sus . . . Kini puaskanlah aku . . .” pintanya sambil memandu batang kelelakian Susilo.
Susilo pun menurut bangun, kemudian menindih tubuh Siti Nara. Diarahkan batang kelelakiannya yang sudah mengeras lagi ke lubang kewanitaan Siti Nara yang sudah merekah, menanti kehadiran batang kelelakiannya.
Setelah dirasa tepat, dengan penuh nafsu Susilo menekan pantatnya, hingga batang kelelakiannya pun amblas, masukke dalam lubang kewanitaan Siti Nara.
“Mainkan, Sus . . . Ayo, ayunkan pantatmu. . .”
Bagai seekor kerbau yang sudah dicocok hidungnya, Susilo pun menuruti perintah Siti Nara. Diayunkan pantatnya naik turun, sehingga batang kelelakiannya pun turut bergerak keluar masuk lubang kewanitaan perempuan cantik itu. Bersamaan dengan itu, wanita cantik itu pun membalas dengan cara menggoyangkan pantatnya ke kanan dan kekiri.
Gesekkan dari kedua benda itu, menimbulkan rasa nikmat yang tiada kiranya. Di lubang kewanitaan Siti Nara, Susilo merasakan ada semacam penjepit elastis, yang menjepit batang kelelakiannya, sehingga setiap kali Susilo menarik batang kelelakiannya bagai diurut-urut. Sehingga, akhirnya Susilo pun tak mampu lagi bertahan. Dari lubang batang kelelakiannya, kembali menyembur cairan kental kenikmatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *