Cerita Sex Pacar baru part 3

Saat malam sambil menonton televisi di ruang keluarga, paman menghampiri dan menaikkanku dalam pangkuannya.
“Kok nggak belajar?” tanyanya memulai percakapan.
“Nggak ada PR” jawabku singkat.
“Belajar kan nggak harus pas ada PR.” ucapnya menasehati. Aku diam saja, tak membalas.
Masih dalam pangkuan Mas Tono, waktu berlalu tanpa berkata sampai mataku akhirnya terpejam kelelahan, terlelap dalam pangkuannya. Tp dalam hening malam itu, aku terusik oleh sesuatu. Tp apa? Aku merasa ada seseorang yg meraba-raba tubuhku. Aku merasa begitu geli.

Tp kemudian rabaan-rabaan itu berhenti. Aku ingin membuka mataku.
Sedikit demi sedikit mataku terbuka. Dimana ini? Oh ini kan kamar tamu, pasti tadi Mas Tono menggotongku ke kamarnya karena aku ketiduran.

Bola mataku bergerak ke arah kanan dan kulihat samar Mas Tono berdiri di samping ranjang sedang membuka helai demi helai pakaiannya. Setelah semua pakaiannya tanggal dari tubuhnya kemudian ia mengambil sesuatu di dalam tas ransel yg dibawanya. Kemudian paman duduk di ranjang, tepat di sampingku. Segera aku kembali memejamkan mataku, berpura-pura tidur. Tp kemudian..

“Joni.. Joni..!” terdengar paman berbisik di telingaku, membangunkanku. Kubuka mataku pelan-pelan.
“A-apa?” tanyaku berdebar-debar.
“Mas Tono pegal-pegal nih, kamu pijitin sebentar yah!” pintanya.
“Kamu nggak kepanasan? Sini Mas Tono bukain bajunya.” Tanpa mendengar jawabanku, paman langsung melucuti pakaianku satu persatu sampai telanjang sama sepertinya.

Kemudian paman merebahkan tubuhnya, tengkurap di ranjang.
“Kamu pijitin Mas Tono, yah! Kamu duduk di punggung Mas Tono aja biar gampang.” ucapnya. Kuturuti sarannya dan lalu kemudian mulai menggerak-gerakkan jariku di pundaknya.
“Iya di situ Jon, duh enak banget!” ucapnya puas.
Iya Mas Tono enak, nah aku, orang lagi mengantuk malah disuruh mijit. Tak pelak hampir tiap menitnya aku menguap karena mengantuk. Tp kemudian..

“Pantat Mas Tono juga pegel nih, pijit yah!” pintanya lagi.
“Iya.” jawabku singkat. Aku bergeser mundur hingga kudapat posisi terbaik untuk memijat. Dan kembalilah jari-jariku bekerja. Memijat pantatnya yg padat berisi.
“Kok nggak kerasa yah, digigit aja deh!” pintanya.
“Digigit?” tanyaku spontan.
“Iya digigit, tp jangan keras-keras!” jelasnya.
Untuk sejenak aku terdiam. Apa? Aku harus memijat pantat Mas Tono dgn gigiku. Pantat yg berwarna lebih terang dari bagian tubuhnya yg lain itu, dgn mulutku. Namun kemudian aku tersadar kembali oleh suara Mas Tono.
“Ayo dong Jon!” pintanya.
“I-iya.” jawabku.

Kubuka mulutku agak lebar, mendekatkan wajahku sampai akhirnya mendarat di permukaannya. Dan selanjutnya semua berjalan sesuai instruksi.
“Sambil dijilat Jon biar licin!”
“Ah..”
“Disedot juga dong!”
“Nah.. Iya gitu!”
“Terus.. Terus Jon..” ucapnya. Beberapa saat kemudian aku terhentak ketika secara tiba-tiba Mas Tono membalikkan tubuhnya.
“Sekarang yg ini!” katanya sambil menunjuk k0ntolnya.

Karena aku ingin ini segera berakhir, tanpa banyak bertanya langsung saja kulakukan perintahnya. Dan instruksi-instruksi itu pun berlanjut. Aku dapat merasakan k0ntol itu semakin lama semakin membesar. Warnanya pun yg tadinya putih kini memerah. Sampai akhirnya mulutku hanya dapat dimasuki bagian kepalanya saja.

Sementara aku yg semakin mengantuk, mendengar suara desahan-desahan Mas Tono yg kian menderu. Hingga saat dimana kurasakan k0ntolnya menyodok-nyodok masuk ke mulutku dan membanjiri isinya dgn cairan sperma Mas Tono yg hangat. Kemudian Mas Tono menarikku ke dalam dekapannya.

Memelukku erat, mencium bibirku sampai lidahnya masuk dan merebut sebagian sperma yg tadi ia berikan padaku. Lalu diciuminya leherku, dielusnya tubuhku, sementara aku telah terlelap dan membisu.

Lima tahun kemudian, lima tahun sebelum hari ini Mas Tono yg sudah empat tahun tak pernah lagi berkunjung karena ditugaskan di luar kota, sore itu di hari Sabtu yg agak kelabu ia datang dgn seragam lengkapnya.

Tp kali ini ia datang tdk sendirian, ia datang bersama seorang wanita yg ia akui sebagai istrinya yg baru dinikahinya sekitar satu tahun yg lalu. ngentot

Aku yg saat itu masih baru mengerti bahwa kejadian di malam dulu itu bukanlah hanya pijat-memijat biasa, merasa tdk percaya. Mungkinkah Mas Tono tdk seperti yg kupikirkan selama ini. Tp.. aku.. aku telah telanjur ’sakit’..
Kuambil kursi itu dari tempatnya semula. Kemudian kuletakkan tepat di depan pintu. Pintu kamar dimana Mas Tono dan istrinya tidur.

Sengaja aku tak tidur sampai lewat tengah malam begini hanya untuk membuktikan sesuatu. Kulihat dari celah udara yg sempit itu dan, kulihat Mas Tono di sana tepat sedang menindih tubuh istrinya. Mas Tono menggerak-gerakkan k0ntolnya keluar masuk memek istrinya sambil tangannya mengelus-elus kedua toket istrinya. Sementara bibirnya sedang menggeraygi bagian leher

Istri Mas Tono terlihat sangat menikmatinya, terlihat dari erangan-erangannya. Tp tak lama kemudian semua berakhir, Mas Tono sudah berada di puncak dan melepaskan semua spermanya masuk ke dalam memek istrinya. Kuletakkan kembali kursi kembali ke tempatnya. Lalu aku beranjak ke ruang keluarga dan menyalakan TV. Sendiri dalam temaram hanya ada cahaya televisi aku berniat untuk begadang sampai pagi dan mencoba untuk melupakan apa yg baru saja terjadi. Karena jawaban dari pertanyaanku sepertinya sudah terjawab langsung di mataku. Mungkin memang aku yg beranggapan salah..

“Kok belum tidur?” Tiba-tiba saja kudengar suara Mas Tono di sampingku mengagetkanku.
Tp aku diam tdk bisa menjawab. Mas Tono yg datang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek itu membuatku menjadi gagu.

“Tolong pijitin Mas Tono, dong!” Tiba-tiba kalimat itu terdengar lagi setelah sekian lama. Tp aku tetap diam.
“Ayo dong, sebentar aja kok!” lanjutnya.

Kemudian pelan-pelan mulai kuangkat tanganku ke atas pundaknya, lalu menyentuhnya. Tp kemudian aku teringat akan kejadian yg baru saja kulihat. Kali ini dgn cepat kuangkat kembali tanganku dari pundaknya.

“Mas Tono, maaf Joni ngantuk, mau tidur.” ucapku sambil berlalu.
Keesokkan malamnya aku terbangun karena tak kuasa menahan rasa untuk buang air kecil. Lalu dgn sedikit berlari, aku bergegas ke kamar mandi. Kubuka pintunya dan kuperosotkan celana dgn cepat lalu CD dan, ahh.. lega sekali, seperti melepaskan beban. Setelah tetes terakhir kusiram k0ntol dan lubang WC dgn air.

Saat aku balikkan badan, kulihat Mas Tono sudah barada tepat di depan pintu. Langsung kutarik naik CD dan celanaku cepat lalu beranjak pergi.
Aku baru sampai di depan pintu kamarku ketika kurasa tangan itu menahanku dari belakang. Lalu membalikkan tubuhku. Aku tertunduk bisu. Lalu tiba-tiba ia mengangkat tubuhku, menggendongku masuk ke dalam kamarku. Setelah mengunci pintu, diturunkannya aku di tepi ranjang. Kemudian ia mengangkat wajahku yg tertunduk dan mendaratkan bibirnya tepat di bibirku.

Ciuman itu begitu lembut, perlahan tp dapat kurasakan getarannya. Tanpa sadar tubuhku terjatuh di atas ranjang sambil terus berciuman. Lidah kami saling bertemu. Kemudian ia melepaskan pakaianku sambil menikmati ciumanku di bibirnya. Lalu ia mulai menjelajah daerah leherku, dijilatnya leher dan telingaku sampai memerah. Lalu ia bangkit dan membuka T-shirt yg dipakainya.

Setelah bajunya terlepas kuambil inisiatif untuk membuka sendiri celana yg dikenakannya juga CD-nya. Dan terlihat jelas kini apa yg sudah empat tahun tak pernah lagi kulihat. Tubuh itu masih tampak kekar. Sebuah k0ntol berukuran besar yg teracung berwarna kemerahan dan di sekitarnya nampak bulu-bulu halus kini terpampang di depanku. Kujilati k0ntol itu dgn lidahku dari buahnya sampai kepala k0ntolnya. Lalu kulahap masuk ke dalam mulutku. Kugerakkan keluar masuk sambil kumainkan lidahku.

“Oh.. terus ‘Jon!” ucapnya lembut.
Kemudian ia memintaku berhenti dan melepaskan celana dan CD-ku.
“Ternyata kamu udah besar, yah!” ucapnya sambil tersenyum. Lalu dikulumnya k0ntolku sampai memerah.

“Sekarang kamu masukin punya kamu ke sini, yah!” ucapnya sambil bergaya doggy style dan menunjuk lubang analnya. Kumasukkan k0ntolku perlahan, pertama terasa sulit, tp kemudian..
“Ah.. Ah.. Ah! Mas Aku mau keluar, nih!” ucapku dalam gairah. Mas Tono kemudian bangkit dan mengulum k0ntolku hingga..
“Ah..!” erangku. ngentot

Spermaku masuk ke dalam mulutnya terus ke tenggorokannya. Tdk berhenti sampai di situ, kemudian ia baringkan tubuh lemasku di atas tubuhnya sehingga pantatku tepat berada di atas k0ntolnya. Kemudian ia masukkan k0ntolnya ke dalam lubangku dgn tangannya. Nikmat sekali. Sampai akhirnya Mas Tono bangkit menyemburkan semuanya di atas wajahku.

Dalam lelah dan kantuk, dgn mata sedikit terbuka kulihat Mas Tono berpakaian dan pergi meninggalkan kamarku, meninggalkan aku dalam dasar jurang yg gelap sampai hari ini..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *