Cerita Seks Dewasa Menembus Batas Klimaks Part 2

Begitu tersadar, aku berusaha menutupi tubuhku dengan apa yang ada disekitarku, tapi terlambat, Reno sudah menubruk tubuh telanjangku dan menindihnya.

“Ly, nggak usah sok alim, aku selalu membayangkan sejak diceritakan Radit tempo hari, kebetulan saat kutanya Angga dia malah ngajak membuktikan” bisiknya sambil menindih tubuhku, akupun tak bisa berontak. Seks 

Didekap tubuh Reno yang atletis ditambah wajah imut yang menempel dekat wajahku, akupun takluk akan kekuatannya, disamping itu akupun tak sunggu sungguh untuk berontak, hanya reaksi spontan melihat laki laki yang tidak diharapkan melihat tubuh telanjangku.

“Oke.. Oke, mana Angga” tanyaku. “Sebentar lagi dia datang, aku disuruh tunggu di lobby tapi kupikir lebih baik langsung aja aku bisa ngobrol sambil nunggu kedatangannya, ternyata aku mendapatkan lebih dari yang kuharapkan” jawabnya sambil mengendorkan dekapannya.

Begitu dekapannya longgar, kudorong tubuhnya hingga terjengkang telentang, ganti aku menindihnya.

“Kalian bersaudara memang nakal, ini namanya jebakan pada teman sendiri” kataku setelah menguasai emosiku. “Tapi nggak marah kan?” jawab Reno, aku hanya menjawab dengan ciuman pada bibir Reno dan dia membalas dengan bergairah, sedetik kemudian tangannya sudah berada di dadaku, menjelajah dan meremas remas. “Ih nakal ya” bisikku disela lumatan bibirnya. “Tapi suka kan” balasnya, kulumat bibirnya sambil mempermainkan lidahku hingga bertaut lidah dengan lidah.

Reno kembali membalik dan menindih tubuhku, bibirnya beranjak menyusuri pipi dan leherku, berhenti pada kedua puncak bukitku.

“Bagus.. Kencang dan padat.. Indah” pujinya sambil mengulum dan menyedot putingku.

Aku mendesah geli meskipun cumbuannya tak sepintar kakaknya tapi cukup membuatku mendesah melayang. Bibir dan lidahnya sudah sampai ke perut dan terus turun hingga ke selangkangan, aku menjerit ketika lidahnya menyentuh klitorisku, tapi dia justru semakin memperlincah gerakan lidahnya, dan akupun semakin menggeliat dalam kenikmatan.

Aku tak tahu mana yang lebih lihai bermain oral apakah dia atau kakaknya karena Angga belum pernah melakukannya padaku, siapapun yang lebih pintar yang jelas Reno telah membuatku melayang karena jilatannya pada memekku.

“Eh, kamu kok masih pake pakaian gitu, curang deh, sini aku lepasin” kataku ketika sadar bahwa dia belum melepas pakaiannya. Seks 

Kudorong tubuh Reno hingga telentang lalu aku melucuti pakaiannya satu persatu hingga menyisakan celana dalamnya yang tampak menonjol pada bagian selangkangan, ketika kuraba dan kuremas tonjolan itu, begitu keras menegang. Segera kulorot celana dalamnya dan aku terkaget melihat ukuran kejantanannya, tidak terlalu panjang bahkan relativ lebih pendek dari umumnya tapi diameternya begitu besar, tak cukup tanganku melingkarinya.

Membayangkan kontol besar itu akan memasuki memekku, tiba tiba otot memekku terasa berdenyut denyut dengan sendirinya. Ini bukanlah kontol terbesar yang pernah kupegang, tapi dengan panjang yang tidak terlalu maka kontol itu kelihatan begitu gede di genggamanku, dan otot memekku semakin berdenyut keras melihat postur tubuhnya yang berotot, ramping dan sexy, jauh lebih menggairahkan tubuhnya dibandingkan kakaknya, apalagi rambut kemaluannya dicukur habis, pentesan banyak gadis yang tergila gila padanya.

Kukocok dan kuremas remas sebentar kontol tegang di genggamanku, lalu kususuri lidahku pada seluruh batang dari ujung hingga pangkal, dia mulai mendesis kenikmatan.

Agak susah aku memasukkan kontol itu ke mulutku tapi dengan segala usaha akhirnya kontol itupun bisa meluncur keluar masuk membelah bibir mungilku. Sembari mendesah, tangannya tak henti menekankan kepalaku pada selangkangannya, seakan memaksaku untuk memasukkan kontolnya lebih dalam ke mulutku.

Kami berganti posisi 69, aku di atas, tidak seperti saat pertama kali bercinta dengan Angga yang penuh kecanggungan dan kekakuan, kali ini aku bebas lepas mencurahkan segala expresiku untuk menikmati bercinta dengan Reno.

Gerakan lidah Reno yang liar kubalas dengan sapuan liar pula pada kontolnya, aku lebih sering menjilati dari pada mengulum batang gede itu.

Puas saling bermain oral, Reno kembali menelentangkan tubuhku, posisi tubuhnya sudah siap untuk segera melesakkan kontolnya. Jantungku tiba tiba berdetak kencang seiring otot memekku berdenyut ketika kepala kontol yang besar itu mulai menyapu bibir memek.

Aku memejamkan mata sambil membuka kakiku lebar lebar menunggu apa yang akan terjadi, entah sakit entah nikmat. Rasa pedih mulai terasa ketika kontol itu perlahan mulai melesak masuk padahal memekku sudah basah, dan semakin nyeri tak kala tertanam semua. Aku tak berani menggerakkan kakiku, kontol itu terasa begitu mengganjal gerakanku di selangkangan. Perlahan Reno memulai gerakan memompa namun kuberi isyarat untuk menghentikan dulu.

“Sebentar, penuh nih” bisikku bercampur desah.

Namun dia hanya menurut beberapa detik, selanjutnya dia mulai gerakannya tanpa memperhatikan isyaratku. Gerakan memompa yang perlahan semakin lama semakin terasa nikmat, rasa nyeri berangsur menjadi nikmat dan semakin nikmat ketika dia mulai mempercepat gerakannya, aku sangat berharap dia bisa seperkasa kakaknya.

Begitu rasa nyeri hilang, jeritan kesakitankupun berubah menjadi jeritan kenikmatan, tubuh atletis Reno menempel erat di dadaku, ada rasa geli saat dada yang berbulu itu menyentuh putingku, tapi justru semakin menambah rangsangan, apalagi perutnya yang rata tak terasa mengganjal di perut. Kamipun semakin erat berpelukan saling mentransfer kenikmatan.

Sebenarnya aku agak keberatan ketika dia minta posisi dogie, aku masih ingin merasakan lebih lama dekapan tubuh atletisnya, jarang sekali mendapatkan cumbuan dan belaian laki laki seperti dia, apalagi dengan kontol yang gede meskipun relatif pendek.

Begitu tubuhku nungging, segera Reno melesakkan kembali kontolnya, kali ini tanpa rasa nyeri saat mulai menerobos menguak liang sempit memek. Gerakan memompa Reno terasa begitu penuh perasaan meskipun terkadang diiringi sodokan sodokan keras, aku merasa dia begitu romantis saat menyetubuhiku. Rabaan dan ciuman di tengkuk mengiringi gerakan kami, akupun semakin menggeliat tak karuan.

“Sshh.. Aduuh.. Ennaak.. Truss.. Truss.. Yang keraass” tanpa malu aku mendesah memintanya lebih keras menyodokku, rasanya kontol besar itu masih kurang masuk ke memekku, ada bagian lain di dalam yang belum tersentuh.

“Enak mana sama Angga” katanya tanpa memperlambat kocokannya. “Enak.. Inii, lebih keraass” jawabku sejujurnya dan mulai meracu.

Tak lama kemudian aku sudah berada di atasnya, kutekankan pinggulku lebih dalam sekan hendak melesakkan kontol yang tidak panjang itu lebih dalam lagi, alangkah enaknya kalau kontol yang gede itu lebih panjang lagi, paling tidak sama dengan punya kakaknya, tapi itulah kenyataannya, gede tapi pendek tapi tetap saja enaak.

Kugerakkan tubuhku di atasnya dengan liar, antara turun naik dan berputar seperti hula hop, Reno merem melek sambil meremas remas buah dadaku. Kutatap wajahnya yang sedang mengerang kenikmatan, rasanya tak bosan menatap wajah imut dan dadanya yang bidang. Dan ternyata itu membawaku lebih cepat menuju puncak kenikmatan, tanpa bisa menahan lebih lama lagi, akupun menjerit dalam nikmatnya orgasme.

Sebenarnya aku nggak mau orgasme duluan, perjalanan masih panjang, masih ada Angga yang sebentar lagi datang, kalau sampai orgasme tentu energiku akan banyak terkuras dan akan kelelahan sebelum perjalanan berakhir. Tapi itu hanyalah keinginan, kenikmatan yang kudapat dari Reno terlalu sayang untuk ditahan tahan, dan terpaksa aku menyerah dalam pelukan dan kegagahan Reno.

Aku terkulai lemas dalam pelukan Reno, terbalaskan sudah kekecewaan pada tamuku sebelumnya, bahkan melebihi apa yang aku harapkan, begitu puas rasanya. Tapi ternyata Reno tak berhenti sampai disini, tanpa mempedulikan aku yang sedang lemas dalam dekapannya, dia membalik tubuhku dan langsung menindihnya.

Kembali tubuh kekar itu menghimpit nikmat tubuhku, kocokan Reno mulai cepat dan liar namun masih saja kurasakan penuh perasaan. Hanya beberapa kocokan kemudian, gairahku kembali naik dengan cepatnya, apalagi bibir Reno tak pernah lepas dari leher, dada dan bibirku.

Kedua kakiku naik di pundaknya, terasa kejantanannya semakin dalam melesak di memek, lebih nikmat rasanya. Kuimbangi gerakannya dengan sebisa mungkin menggoyang pinggulku, tentu lebih susah dengan kaki di atas pundaknya. Kami berdua benar benar terhanyut dalam buaian birahi, terlupakan sudah Angga yang belum juga datang.

Akhirnya akupun untuk kedua kalinya tak bisa bertahan, kuraih orgasme kedua darinya, namun kali ini diapun menyusulku ke puncak birahi, hampir bersamaan kami saling memberikan denyutan. Sperma Reno terasa begitu banyak membanjiri liang memekku, kudekap erat tubuh Reno hingga kurasakan hembusan napasnya menerpa telingaku.

Ketika Reno turun dari tubuhku, kontolnya tercabut keluar, memekku serasa kosong dan tetesan sperma sepertinya meleleh keluar membasahi sprei. Kamipun telentang berdampingan dengan napas yang masih senin kamis.

“Kamu hebat, 2 kali aku dibikin orgasme” kataku setelah beberapa saat terdiam sambil menumpangkan kepalaku di dadanya yang bidang.

“Kamu juga hebat, kalau cewek lain sudah terkapar minta berhenti” jawabnya ringan sambil membelai rambutku.

“Andai saja aku tahu kamu seperti ini, sudah sejak dulu aku melakukannya” lanjutnya.

“Tapi belum terlambat kan”
“Iya sih, tapi terlalu lama penantiannya”
“Penantian?”

“Iya, laki laki normal mana sih bisa tahan melihat penampilanmu yang selalu sexy dan ceria, pasti mereka punya fantasi terhadapmu kalau di ranjang, bahkan aku pernah berfantasi bercinta denganmu sambil main sama cewek lain”

“Ah yang benar!!” tanyaku terkejut.

“Sungguh dan aku yakin Angga juga sudah lama memendam keinginan mengajakmu ke ranjang tapi nggak ada keberanian saja”

“Dan sekarang?” tanyaku penasaran.

“Ternyata apa yang menjadi fantasiku, tidak ada apa apanya dibandingkan kenyataan barusan, jauh melebihi angan dan harapanku”

Sambil berbincang, kurasakan sperma Reno deras mengalir keluar tapi aku biarkan saja.

“Sekarang aku tak perlu lagi memimpikan kehangatan kamu, kalau aku pingin bisa booking kapan saja, dan kita masih tetap berteman, itulah enaknya setelah ini” lanjutnya.

Angga datang tak lama kemudian, setelah aku membersihkan tubuhku, Reno membuka pintu menyambut kakaknya, aku cuek saja telanjang di atas ranjang.

“Sorry aku telat” sapanya sambil mencium pipiku. “Ah nggak apa kok” jawabku, malah kebetulan aku ada kesempatan bersama Reno lebih lama, lanjutku dalam hati.

Tanpa diminta lagi, Angga segera melepas pakaiannya hingga telanjang, terlihat kejantanannya yang setengah menegang, tampak kecil dan memanjang sungguh berbeda dengan adiknya.

“Belum terlalu terlambat kan” tanyanya sembari menghampiri dan mencium bibirku dan kubalas dengan lumatan pula, kali ini aku biasa saja melayani ciuman Angga, tak ada kecanggungan seperti saat pertama kali dulu.

Tubuhnya langsung menindihku, kamipun berpelukan sambil berciuman bertautan lidah, seolah saling menumpahkan rasa rindu yang hebat. Bibir Angga dengan cepatnya menyusuri tubuhku, turun terus, tak dihiraukan puting buah dadaku, hanya sedikit jilatan lalu terus turun ke perut namun kembali lagi ke atas.

Ketika bibirnya mencapai kedua putingku, kudorong kepalanya ke bawah, ke arah selangkangan. Aku mau merasakan jilatan Angga di memek, dia belum melakukannya, ingin kubandingkan kemahirannya dengan si adik.

Ternyata permainan lidahnya tidak kalah hebat, bahkan lebih mahir dibandingkan adiknya, aku menggeliat kelojotan merasakan lidahnya menari nari dengan lincahnya diantara klitoris dan bibir memekku. Cukup lama kepalanya terjepit di antara kakiku, dan kalau tak segera kuhentikan bisa bisa aku mengalami orgasme hanya dengan permainan lidahnya, ini sungguh memalukan.

Angga tersenyum penuh kemanangan ketika aku minta dia segera memasukkan kontolnya, namun bukannya segera memenuhi kemauanku, tapi malah telentang disampingku dan memintaku gantian mengulum kejantanannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *