Cerita Seks Dewasa Menembus Batas Klimaks Part 1

Cerita Seks Dewasa Menembus Batas Klimaks Part II – Sisa malam kami habiskan dengan penuh birahi, bergantian Radit menyetubuhi aku dan Chaca, dilayani 2 gadis cantik dan sexy seperti aku dan Chaca, tentu membuat laki laki bertambah gairah dan ada tambahan energi tersendiri untuk menunjukkan ego keperkasaannya. Akhirnya kondisi fisik jualah yang menjadi pembatas antara keinginan dan kenyataan, kamipun istirahat dan terlelap dalam kelelahan tak kala sang mentari sudah menampakkan sedikit berkas sinarnya di ufuk timur, entah jam berapa itu. Seks 

 

Bercerita Sex – Aku terbangun saat kudengar HP-ku berbunyi, Chaca dan Radit masih terlelap disampingku, matahari sudah tinggi, terang menampakkan sinarnya. Ternyata salah seorang tamu langganan lain yang ingin kutemani makan siang nanti, orderan baru.

Jarum jam menunjukkan hampir ke angka 11, cukup lama kami tertidur tadi.

Perlahan kutinggalkan Radit dan Chaca, aku mandi untuk bersiap menemui tamuku berikutnya di Hotel Westin (sekarang JW Marriot) di Embong Malang. Radit dan Chaca baru bangun ketika aku sudah rapi berpakaian dan ber-make up.

“Sorry, aku ada janji siang ini, aku tinggal dulu ya” sapaku. “Kamu tetap sexy meski sudah berpakaian, bahkan semakin membuat penasaran yang melihatnya” jawab Radit sambil menghampiriku, dipeluknya tubuhku dari belakang dan diremasnya buah dadaku.

“Wah banyak orderan nih” celetuk Chaca. “Selamat bekerja sayang” bisik Radit tanpa melepaskan tangannya dari dadaku. “sudah ah, ntar kusut pakaianku ini, aku nggak bawa ganti nih” jawabku sambil menggelinjang karena bibirnya sudah menempel di telingaku, akupun menghindar menjauh.

Setelah menerima pembayaan dari Radit, akupun meninggalkan mereka yang masih telanjang menuju ranjang lain dengan permainan yang lain pula.

Sejak kejadian itu, sengaja atau tidak, aku jarang bertemu berdua dengan Angga seperti sebelumnya, begitupun dengan istrinya, rasanya nggak ada muka untuk ketemu Wendy, kalaupun mereka ngajak jalan bareng, aku pastikan harus ada istrinya, selebihnya semua berjalan seperti biasa.

Akibatnya, aku justru lebih dekat dengan si Reno, adiknya yang terkenal Playboy itu, dengan wajah yang imut tak susah baginya untuk mendapatkan cewek dan aku yakin sudah tak terhitung cewek yang jatuh ke pelukannya dan berhasil dia bawa ke ranjang.

Lebih 2 bulan setelah kejadian itu, aku makan siang berdua dengan Reno di Bon Cafe, sungguh sial ternyata ketemu sama Radit yang menggandeng seorang gadis, atas ajakan Reno mereka akhirnya bergabung dengan table kami.

Kamipun makan sambil ngobrol berempat, entah keceplosan atau disengaja, Radit bercerita betapa hebat permainanku di ranjang, terutama permainan oral, dia kira aku sudah pernah melakukan dengan Reno. Reno yang selama ini mengenalku sebagai teman menatapku seakan tak percaya, aku menghindari tatapannya sambil mengumpat kelancangan Radit, tentu saja dalam hati.

“Selamat bersenang senang, sorry aku nggak bisa gabung dengan kalian, ada acara sama dia” kata Radit sambil menunjuk gadis disebelahnya. “Dia senang rame rame lho, tanya Angga kalo kamu nggak percaya” bisiknya lagi sebelum meninggalkan kami.

Aku terdiam dengan muka memerah, malu karena kedokku dibongkar dihadapan temanku sendiri.

Sepeninggal Radit kami terdiam, entah apa yang terlintas dalam benaknya, kulirik sesaat, ternyata Reno melototi tubuhku, seakan berusaha menembus dibalik pakaianku.

“Kita pulang yuk” ajakku melihat suasana sudah nggak enak lagi. “Lho, katanya mau shopping di Galaxy” “Nggak jadi ah, lain kali aja” tolakku, dan kamipun beranjak pergi.

Sepanjang jalan kami sama sama terdiam hingga tiba didepan tempat kos, aku langsung turun tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Beberapa hari kemudian setelah aku selesai melayani tamu di Hotel Sheraton, kulihat missed call di HP-ku, dari Angga, entah kenapa aku kok ingin meneleponnya, padahal biasanya aku cuekin saja missed call dari dia.

“Ly, ketemu yuk, kangen nih” katanya dengan suara memelas tak seperti biasanya, pasti dia lagi ada maunya, dan aku yakin maunya tak jauh dari urusan ranjang.

Meski aku berusaha menghindari hal seperti ini, tapi tak dapat dipungkiri akupun merindukan keperkasaannya di atas ranjang, apalagi tamuku barusan tidak bisa memuaskanku, jadi sebenarnya ini hanyalah masalah timing yang tepat. Setelah berpura pura menolak dan dia terus merajuk, akhirnya aku sanggupi permintaannya.

“Oke Hotel Sheraton kamar 816″ kataku karena tamuku tadi sudah pulang dan aku belum check out, sekalian saja kumanfaatkan sisa waktu yang ada, daripada terbuang sia sia, check in mahal mahal cuma dipakai 2 jam.

Baru saja HP kututup, dia telepon lagi. Seks 

“Ly, boleh nggak bawa teman”

Aku yang sudah tergadai nafsu karena birahi yang tak tertuntaskan barusan hanya mengiyakan tanpa tanya lebih lanjut siapa temannya.

Sambil menunggu kedatangannya, aku segarkan tubuhku dengan air hangat, berendam sejenak untuk menghilangkan rasa capek setelah hari ini melayani 3 tamu sejak pagi tadi. Belum setengah jam aku berendam, bel pintu berbunyi, pasti Angga sudah datang, pikirku.

Masih dengan telanjang, kubuka pintu dan aku langsung kembali masuk bathtub.

“Tunggu ya, aku mandi dulu biar segar dan wangi, santai saja anggap rumah sendiri” jawabku meneruskan acara berendam tanpa buru buru menyelesaikan, kalau dia nggak sabar pasti menyusulku ke kamar mandi. Ternyata dia tidak menyusulku hingga kuselesaikan mandiku. Tanpa mengenakan penutup, dengan telanjang aku ke kamar, bersiap untuk menumpahkan segala birahi dengan keperkasaan Angga.

“Aku sudah siaap” teriakku sambil melompat ke ranjang, dan baru kusadari ternyata yang duduk di sofa bukanlah Angga melainkan si Reno, adiknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *