Aseksualitas buatan merujuk pada keadaan di mana seseorang dengan sengaja memilih untuk tidak mengalami atau mengekspresikan hasrat seksual dalam kehidupan mereka. Hal ini berbeda dengan aseksualitas alami, di mana seseorang tidak merasakan minat seksual terhadap siapa pun secara alami.
Individu yang memilih aseksualitas buatan dapat memiliki berbagai alasan di balik keputusan mereka. Beberapa dari mereka mungkin mengambil keputusan ini sebagai bagian dari nilai-nilai agama atau spiritual mereka, atau sebagai respons terhadap pengalaman pribadi atau trauma yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap seksualitas. Selain itu, ada yang memilih aseksualitas buatan karena preferensi pribadi, kesadaran diri yang berbeda tentang identitas seksual, atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi cara mereka mengambil keputusan tentang hidup mereka.
Aseksualitas buatan sering kali menimbulkan pertanyaan dan perdebatan dalam masyarakat, terutama seputar hak individu untuk mengekspresikan diri mereka dan kebebasan dalam menentukan pilihan hidup mereka sendiri. Meskipun mungkin sulit bagi beberapa orang untuk memahami atau menerima keputusan ini, penting untuk menghormati dan memahami bahwa setiap individu memiliki hak untuk menentukan bagaimana mereka ingin hidup dan mengekspresikan diri mereka.
Penting juga untuk menawarkan dukungan dan pengertian kepada individu yang memilih aseksualitas buatan, serta mempromosikan toleransi dan keberagaman dalam masyarakat. Dengan demikian, kita dapat membangun lingkungan yang inklusif dan menghargai setiap bentuk identitas dan ekspresi seksual manusia.