Cerita Seks Yang Penting Rasanya Bung Part 2

Apa yah, yah senenglah,” jawabnya.
“Ya itu kan perasaannya, tapi yang dikerjakan apa,” cecarku.
“Nggak tahu,” jawabnya singkat. Seks 
“Dia akan memukulkan uang yang didapat ke semua barang dagangannya,” jawabku.
“Terus,” tanyanya bingung.
“Nah kalau kamu apa yang kamu lakukan, apa seperti pedagang tadi, memukulkan uang ke sini, ke sini, dan ke sini,” tanyaku sambil menunjuk vagina, payudara, dan mulutnya.

Tahu kalau kujebak, dia tersenyum lebar dengan menampakkan gigi indahnya dan tampak lesung pipitnya.
“Mas ini humoris,” celetuknya.
“Habisan kamu meletakkan uang di saku sebagai pancingan seperti pedagang aja,” ledekku.
“Habis kata teman-teman gitu, yah apa salahnya aku ikutin aja,” jawabnya.
“Tapi nggak apa-apa sih Mbak, saya pernah lihat pramuniaga yang jualan parfum dan baju di sarinah blok M juga begitu, tahu kalau aku perhatikan, si Mbak pramuniaga cuma senyum, dan bilang – penglaris Pak.”

“Mas, aku mau kencing dulu yah?” ijinnya.
“Boleh, tapi saya ikut yah?” tanyaku.
“Boleh, ayo” jawabnya.
Sambil membawa handuk dan sabun, kita keluar kamar. Saat menuju ke kamar mandi, tampak ada beberapa WP dan tamu, mungkin akan Masuk atau keluar, ada beberapa WP yang menyapaku (wah terbongkar deh bohongku tadi).

Setelah Masuk ke kamar mandi dan menutup tirai plastik..
“Katanya belum pernah, koq Mbak Mxx, Mbak Ixx dan Mbak Exx, kenal si Mas” ucapnya dengan tenang dan pelan, serta melorotkan CD-nya, bagus juga dia negor nggak di depan tamu atau WP, biarpun WP Masih punya etika.

Untuk menutupi suara desis melengking air kencing yang keluar (seperti turbocharger-nya ferrari/mc larren) dia menyiram shower ke arah vaginanya. Yang membuat saya bertanya dalam hati, mengapa posisi kencing dan melorotkan CD-nya koq tidak berhadapan atau membelakangiku? Malu atau ada yang ditutupi Seks 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *