Cerita Mesum Tante Dina yang Baru Ku Kenal Lewat SMS part 1

Cerita Mesum Tante Dina yang Baru Ku Kenal Lewat SMS, Setelah menyimak daftar nomor HP wanita-wanita’yang butuh teman kencan melalui SMS date aku segera menyebar SMS perkenalan. Hasilnya, SMSku dapat jawaban dari seorang wanita 33 tahun asal Jakarta (sebut saja namanya Tante Dina). Awalnya, dia merasa terkejut dan mengaku tak pernah mencari teman kencan pria lewat SMS. Namun setelah berdialog beberapa saat, akhirnya dia mengakui bahwa dirinya adalah seorang wanita yang kesepian. Bahkan, dia malah memintaku datang ke Jakarta dan segala biaya akan dijamin. Ngentot

Tanpa pikir panjang, aku menyatakan siap. Dengan memanfaatkan jasa kereta cepat Argolawu jurusan Kota X-Jakarta, aku bisa melesat ke Stasiun Gambir Jakarta. Seperti yang dia pesan, aku diminta menunggu di peron Stasiun.

Cukup lama, aku menunggu sendiri di peron, hampir satu jam hanya duduk memandang orang-orang berlalu-lalang. Semula aku hampir putus asa dan curiga, jangan-jangan aku hanya dikerjai.

Ketika matahari sudah lenyap dan langit Jakarta sudah gelap, ketika aku memutuskan untuk pergi dari Stasiun Gambir (karena merasa dikerjai), tiba-tiba ada seorang wanita tua yang menghampiriku.

Wanita yang mirip nenek-nenek itu menyampaikan pesan bahwa aku telah ditunggu wanita bernama Tante Dina di sebuah taksi yang berhenti di halaman parkir. Karuan saja, perasaan dadaku jadi plong.

Seketika itu aku lari mencari taksi tersebut. Begitu aku membuka pintu taksi, Oh.. dadaku berdetak. Wanita kencan SMSku itu ternyata tidak setua usianya. Tubuhnya terlalu tinggi bagiku, sekitar 170cm, sedang aku hanya 165cm. Kulitnya putih layaknya etnis Tionghoa.

“Ayo, masuk..,” pinta wanita berambut sebahu itu sembari memberi ruang duduk di sampingnya.
Wajahnya tampak gembira sekali ketika menatap wajahku.
“Ke Hotel XX, ya Bang,” ujar Tante Dina kepada sang pengemudi taksi

Cerita Sex Semuanya Berawal dari SMS sampai ke Ngentot – Di dalam taksi, duduk berhimpitan bersama Tante Dina, aku seperti dibawa terbang ke awang-awang. Betapa tidak, tubuhnya super montok. BRA-nya kira-kira berukuran 36. Dan pinggulnya, wah membuatku benar-benar gemas. Sementara tatapan matanya, seolah ada rasa dahaga yang tertahan bertahun-tahun. Hmm.. rasanya itu membuatku tak sabar untuk melumatnya. Karena itu, begitu tiba di hotel aku bergegas chek-in dan membongkar rahasia perasaanku di kamar nomor 102.

Di kamar hotel 102, di antara lampu remang-remang, Tante Dina hanya termangu memandangiku. Matanya meneliti leku-lekuk tubuhku yang masih basah habis mandi.

“Sini sayang, aku pijiti. Pasti, kau capek sekali, kan,” ujar Tante Dina kemudian.

Tanpa banyak kata, aku hanya menurut saja. Maklum tubuhku capek sekali setelah menempuh perjalanan Kota X-Jakarta. Kalau dipijiti, oh.. rasa pegal di tubuhku akan hilang. Karena itu, aku segera tidur tengkurang di ranjang dengan setengah telanjang di dekat Tante Dina.

“Bagian mana dulu yang dipijit sayangku,” suara Tante Dina yang mendesah membuat darahku mendesir-desir.
“Terserah kaulah,” jawabku singkat.

Tak lama kemudian, jemari lentiknya sudah menelusuri lekuk-lekuk tubuhku. Kadang-kadang tangan Tante Dina nakal menggoda bagian sensitifku. Urutannya lembut, seperti menyulam setiap pori-pori kulitku. Beberapa saat kemudian, aku ganti menawarkan diri untuk memijit tubuh Tante Dina yang super montok.

Cerita Mesum Tante Dina yang Baru Ku Kenal Lewat SMS – Seperti yang dia lakukan padaku tadi, aku mulai mengurut-urut bagian lehernya, kemudian turun ke punggung, pinggang dan paha. Setelah itu tubuhnya ku balik sehingga tidak tengkurap lagi. Kali ini aku mengurut bagian payudaranya dengan lembut. Selanjutnya aku mulai beraksi erotik. Awalnya saya membelai rambut Tante Dina dan mencium bibir-nya. Dia membalasnya dengan hangat, penuh kasih sayang.

Kurebahkan dia dengan perlahan, kutatap matanya erat-erat, kusingkirkan bajunya yang menutupi buah dadanya, yang sungguh merangsang diriku. Perlahan tapi pasti kulumat puting susu-nya dan dengan tangan kiriku kumainkan puting yang satunya lagi. Tante Dina melenguh keenakan, sungguh suara yang merdu dan hal ini membuatku greng lagi. Selang beberapa menit kemudian kuangkat kepalaku sambil tetap kumainkan tangan kiriku, kemudian kulihat pussy Tante Dina yang basah.

Kulumat clitorisnya dan semua ruang vaginanya hingga Tante Dina menggelinjang berat. Ketika penisku menegang gagah perkasa, kurenggangkan kedua pahanya dan kumasukkan jariku ke lubang pussynya, kuputar-putar dan kusodok-sodokkan, Tante Dina pun semakin mengerang keras, sampai kusadari kalau waktu kusodokkan di bagian kanan atas, eluhannya semakin keras dan cairannya makin banyak, penasaran kupusatkan jariku di situ dan kugosok-gosok bagian tersebut ternyata Tante Dina pun berteriak makin keras.

Cairannya keluar banyak sekali, aku pun mulai tidak sabar, kuangkat kontolku dan kusodokkan ke lubang pussynya dengan cepat, kali ini aku sodokkan terus menerus tapi rupanya kontolku masih membutuhkan waktu untuk reload sehingga spermaku tidak lekas keluar.

Tante Dina masih mengerang dengan kerasnya, dan kusodokkan penisku ke bagian kanan atas, dan yah dia pun makin melenguh keras, dan kurasakan cairannya menyembur-nyembur dengan derasnya, aku makin greng dan kulihat wajahnya yang khas, wajah yang penuh kepuasan dan erangan penuh kenikmatan yang merdu, yang membuat kontol laki-laki manapun tidak tahan, dan akupun keluar lagi dengan deras di pussy Tante Dina.

Ketika aku terbangun dari tidur, sekitar tengah malam, Tante Dina telah menyediakan kopi panas dan duduk di sebelah ranjang. Tapi hasratku masih menggelora. Tidak bisa tidak aku harus beraksi lagi. Maklum, aku hanya bisa berada di Jakarta hanya sehari. Sayang kalau hanya sekali main di panggung ranjang panas. Karena itu, setelah mencicipi kopi aku segera membuka kancing BH-nya kulepaskan.

Tanganku bergerak bebas mengusap buah dadanya. Putingnya kupegang dengan lembut. Kami sama-sama hanyut dibuai kenikmatan walaupun kami masih berdiri bersandar di dinding. Kami terangsang tak karuan. Nafas kami semakin memburu. Aku merasa tubuh Tante Dina menyandar ke dadaku. Dia sepertinya pasrah. Baju daster Tante Dina kubuka. Di dalam cahaya remang dan hujan lebat itu, kutatap wajahnya. Matanya terpejam. Daging kenyal yang selama ini terbungkus rapi menghiasi dadanya kuremas perlahan-lahan. Bibirku mengecup puting buah dadanya secara perlahan.

Cerita Mesum Tante Dina yang Baru Ku Kenal Lewat SMS – Kuhisap puting yang mengeras itu hingga memerah. Tante Dina semakin gelisah dan nafasnya sudah tidak teratur lagi. Tangannya liar menarik-narik rambutku, sedangkan aku tenggelam di celah buah dadanya yang membusung. Mulutnya mendesah-desah.
“Ssshh.., sshh!”.

Puting payudaranya yang merekah itu kujilat berulangkali sambil kugigit perlahan-lahan. Kulepaskan ikatan kain di pinggangnya. Lidahku kini bermain di pusar Tante Dina, sambil tanganku mulai mengusap- usap pahanya. Ketika kulepaskan ikatan kainnya, tangan Tante Dina semakin kuat menarik rambutku. Suaranya melenguh-lenguh. Nafasnya terengah-engah ketika celana dalamnya kutarik ke bawah. Tanganku mulai menyentuh lagi daerah kemaluannya. Rambut halus di sekitar kemaluannya kuusap-usap perlahan. Ketika lidahku baru menyentuh kemaluannya, Dia menarikku berdiri. Pandangan matanya terlihat sayu bagai menyatakan sesuatu. Pandangannya ditujukan ke tempat tidurnya.

Aku segera mengerti maksudnya. Dia minta ingin segera digenjot di atas ranjang. Dengan sebuah tarikan, tubuh Tante Dina kubaringkan terlentang, tapi kakinya masih menyentuh lantai. Mukanya berpaling ke sebelah kiri. Matanya terpejam. Tangannya mendekap kain sprei. Buah dadanya membusung seperti minta disentuh. Puting susunya terlihat berair karena liur hisapanku tadi. Perutnya mulus dan pusarnya cukup indah. Kulihat tidak ada lipatan dan lemak seperti perut wanita yang telah melahirkan. Kemudian, tanganku terus membuka kancing bajuku satu-persatu. Ritsliting jeans-ku kuturunkan. Aku telanjang bulat di hadapan Tante Dina. Penisku berdiri tegang melihat kecantikan sosok tubuh Tante Dina.

Cerita Mesum Tante Dina yang Baru Ku Kenal Lewat SMS – Buah dada yang membusung dihiasi puting kecil dan daerah di bulatan putingnya kemerah-merahan. Indah sekali kupandang di celah pahanya. Tante Dina telentang kaku. Tidak bergerak. Cuma nafasnya saja turun naik. Lalu akupun duduk di pinggir kasur sambil mendekap tubuhnya. Sungguh lembut tubuhnya. Kupeluk dengan gemas sambil kulumat mesra bibir ranumnya. Tanganku meraba seluruh tubuhnya. Sambil memegang puting susunya, kuremas-remas buah dada yang kenyal itu. Kuusap-usap dan kuremas-remas.

Nafsuku terangsang semakin hebat. Penisku menyentuh pinggangnya. Kudekatkan penisku ke tangannya. Digenggamnya penisku erat-erat lalu diusap-usapnya.

Memang Tante Dina tahu apa yang harus dilakukan. Dipegangnya penisku yang sudah tegang dan dimasukkannya ke dalam mulutnya. Mataku terpejam-pejam ketika lidah Tante Dina melumat kepala penisku dengan lembut. Penisku dikulum sampai ke pangkalnya. Sukar untuk dibayangkan betapa nikmatnya diriku. Bibir Tante Dina terasa menarik-narik batang penisku.

Tidak tahan diperlakukan begitu aku lalu mengerang menahan nikmat. Kubuka lebar-lebar paha Tante Dina sambil mencari liang vaginanya. Kusibakkan vaginanya yang telah basah itu. Kujulurkan lidahku sambil memegang clitorisnya. Tante Dina mendesah. Kujilat-jilat dengan lidahku. Kulumat dengan mulutku. Liang kemaluan Tante Dina semakin memerah. Bau kemaluannya semakin kuat.

Aku jadi semakin terangsang. Seketika kulihat air berwarna putih keluar dari lubang vaginanya. Tentu Tante Dina sudah cukup terangsang, pikirku. Aku kembali pada posisi semula. Tubuh kami berhadapan. Tangannya menarik tubuhku untuk rebah bersama. Buah dadanya tertindih oleh dadaku. Tante Dina memperbaiki posisinya ketika tanganku mencoba mengusap-usap pangkal pahanya. Kedua Kaki Tante Dina mulai membuka sedikit ketika jariku menyentuh kemaluannya. Lidahku mulai turun ke dadanya. Putingnya kuhisap sedikit kasar. Punggung Tante Dina terangkat-angkat ketika lidahku mengitari perutnya.

Akhirnya jilatanku sampai ke celah pahanya. Tante Dina semakin membuka pahanya ketika aku menjilat clitorisnya, kulihat Tante Dina sudah tidak bergerak lagi. Kakinya kadang-kadang menjepit kepalaku sedangkan lidahku sibuk merasakan kenikmatan yang telah dirasakan. Erangan Tante Dina semakin kuat dan nafasnya pun yang terus mendesah. Rambutku di tarik-tariknya dengan mata terpejam menahan kenikmatan.
“Gimana rasanya?” tanyaku lembut dengan nada manja.

Cerita Mesum Tante Dina yang Baru Ku Kenal Lewat SMS- Dia tidak menjawab. Dia hanya membuka matanya sedikit sambil menarik napas panjang. Aku mengerti. Itu bertanda dia setuju. Tanpa disuruh, aku mengarahkan penisku ke arah lubang vaginanya yang kini telah terbuka lebar. Lendir dan liurku telah banjir di gerbang vaginanya. Kugesek-gesekan kepala penisku di cairan yang membanjir itu. Perlahan- lahan kutekan ke dalam. Tekanan penisku memang agak sedikit susah. Terasa sempit. Kulihat Tante Dina menggelinjang seperti kesakitan.
“Pelan-pelan, Yang!”, ujarnya berharap, suaranya terdengar sesak.

Aku sekarang mengerti. Memang aku belum berpengalaman. Kutekan lagi. Kumasukkan penisku perlahan-lahan. Kutekan punggungku ke depan. sangat hati-hati. Terasa memang sempit. Lalu Tante Dina memegang lenganku erat-erat. Mulutnya meringis seperti orang sedang menggigit tulang. Hanya sebagian penisku yang masuk. Kubiarkan sebentar penisku berhenti, terdiam. Tante Dina juga terdiam. Tenang. Sementara itu, kupeluk tubuhnya dengan gemas sambil memainkan buah dadanya, menjilat, mengusap dan menggigit-gigit lembut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *