SEX Persahabatanku Dengan Riri – Cerita Bokep

Perkenalkan, namaku Atmo. Seorang pemuda desa yang jauh dari kata tampan, lebih cenderung ke nampan (alas untuk membawa gelas/piring). Dengan kulit sawo terlalu matang, 168cm/80kg.

Seorang yang bergelar MA (mahasiswa abadi) di sebuah universitas negeri terkenal yang terletak di kota sarkem, hehehe. Kali ini aku akan berbagi pengalaman dengan seorang teman dekatku, yang selalu kuhibur di saat sedih, dan selalu menghilang di saat bertemu lelaki ganteng. Batinku cuma bisa bilang “wooo wedyusss!!”.

Sebut saja nama temanku ini Riri. Tingkah polahnya seringkali membuatku kesal, tapi juga kerap membuatku merasa kangen karena manjanya. Selalu cuek dengan keadaan sekitar, bahkan di saat aku sedang berduaan dengan Ana (mantan pacar di ceritaku yang pertama), dengan seenak hati nyelonong masuk ke kamar kostku, dan dengan sengaja menginjak kantong menyanku sembari memasang wajah menggoda. SEX 

Ya, dia memang sudah tau hal hal seperti itu dari pergaulan dan mudahnya akses situs dewasa saat itu. Tapi, sebenarnya dia sama sekali belum pernah melakukannya. She’s a naughty virgin…

Perkenalanku dengan Riri dimulai saat tergabung dalam satu grup saat mengikuti ospek. Orangnya asik, easy going, pribadi yang menyenangkan. Saat itu hanya sebatas berteman biasa saja, tanpa ada perasaan lain yang masuk di dalam pertemanan kami.

Seiring perjalanan waktu kamipun semakin sering pergi berdua, entah itu sekedar keluar untuk makan, mengerjakan tugas di warnet, bahkan belanja kebutuhan sehari hari pun kadang kita lakukan bersama. Karena rutinitas tersebut, timbul pertanyaan di benakku, apa ini yang dinamakan Teman Tidur Mesra?.

Tapi sesegera mungkin kusingkirkan jauh jauh pikiran itu, dan memilih untuk menjalani apa adanya saja. Dimana saat itu juga aku masih menjalin hubungan asmara dengan Ana, dan Riri juga kuketahui mempunyai seorang kekasih di kampungnya.

Oh iya, Riri adalah seorang gadis yang berasal dari daerah dataran tinggi jawa tengah. Kebayang kan, kebanyakan gadis dataran tinggi memiliki paras alami dengan kulit yang putih dihiasi pipi yang kemerahan.

 

Masa perkuliahan memasuki masa dimana jadwal sudah tidak dapat dinego, alias padat. Intensitas kami untuk bertemu pun menjadi berkurang, dari yang tadinya seminggu bisa hampir tiap hari jalan bareng, sekarang bisa seminggu sekali pun udah sukur.

Hingga pada akhirnya kami benar benar terpisah untuk waktu yang lumayan lama dikarenakan kesibukan kami mengejar target perkuliahan. Aku sibuk dengan tugas perkuliahanku dan beberapa organisasi kampus yang aku ikuti, sedangkan Riri, selain dengan kesibukan yang sama, dia juga bekerja part time di salah satu tempat persewaan kepingan CD terkenal.

Hingga pada suatu malam Riri menelponku untuk segera menjemputnya di kost. Akupun segera meluncur menjemputnya. Tak selang berapa lama, akupun sampai di depan kostnya dan ku sms dia bahwa aku telah sampai.

Setelah dia keluar menemuiku, kuperhatikan ada sesuatu yang baru saja terjadi padanya. Mukanya kelihatan lesu, matanya sembab seperti orang yang habis menangis.

Akupun bertanya padanya, “kamu kenapa Ri?”.

Diapun diam, tak sepatah kata keluar dari mulut mungilnya, yang kulihat hanyalah matanya yang mulai berkaca kaca. Saat itu kugenggam tangannya dan kutarik dia agar segera naik ke atas motorku. Pikirku mungkin dengan kuajak dia jalan sekalian makan malam, dia akan lebih tenang sehingga mau menceritakan masalahnya padaku.

Akhirnya kamipun berangkat menyusuri jalan kampung yang di sebelahnya terdapat selokan besar yang memanjang.

Disepanjang perjalanan, Riri hanya berpegangan pada pinggangku dengan kepalanya bersandar di punggungku, tanpa berkata apapun, hanya sesekali terdengar sesenggukan darinya.

Setelah kurasa dia lebih tenang, motorku pun aku arahkan ke tempat biasa kami makan malam. Tempat dengan suasana alami dan tenang. Pada saat makan malam itu, aku mulai bertanya lagi, karena kupikir momentnya yang sudah tepat.

“Kamu sebenernya kenapa sih, kok dari yang biasanya ceria, sekarang malah nangis sesenggukan kaya tadi?”, Tanyaku.

Dia pun menjawab, “aku habis berantem sama cowokku, terus kami putus”.

Cukup kumaklumi kenapa Riri bisa sesedih itu. Cowoknya adalah satu-satunya yang ia cintai saat itu, karena mereka kenal dan dekat sudah dari sekolah dasar. Setelah kutahu sebabnya Riri bersedih, aku pun berusaha menghiburnya dengan segala cara.

Dan akhirnya aku bisa membuatnya tersenyum kembali. Malam itu pun akhirnya aku mengantarkannya pulang ke kost dengan perasaan lega berhasil menghiburnya. Dan sebelum pulang, akupun berpesan padanya, “kalau kamu perlu aku, sms aja ya, aku usahakan ada buatmu.” Dia pun mengiyakan dengan diiringi senyum manisnya.

Akupun meluncur pulang dengan sambil mengingat ingat kejadian yang baru saja aku alami. Tapi pikiranku justru terfokus pada saat aku memboncengnya, dan dia yang tadinya hanya berpegangan pada pinggangku, akhirnya memelukku dari belakang.

Otomatis aku merasakan sepasang benda kenyal yang ikut bersandar di punggungku selain kepalanya. Lelaki mana sih yang gak On ngalami kejadian kaya gitu, kecuali sekong, hehe. Tapi aku masih ingat akan siapa diriku dan hubunganku dengannya, aku tidak akan merusak itu.

Setelah kejadian malam itu, kami mulai sering jalan berdua lagi, masih terus kuhibur dia. Tentu saja tanpa sepengetahuan Ana, dan harus pintar pintar bagi jadwal. Apalagi Ana mulai sering menginap di kostku.

Aku ingat pada saat itu ada sebuah aplikasi bernama “buku muka”, dan di sela waktu mengerjakan tugas kuliah di warnet, Riri minta dibuatkan satu akun olehku, dan aku pun melaksanakannya. Tapi ternyata semua kisah terlarangku dengannya dimulai saat itu.

Riri yang memang suka dan mudah bergaul, akhirnya mempunyai banyak teman baru dari aplikasi tersebut. Riri pada saat itu menjadi lebih sering mondar mandir ke warnet, hanya untuk menyapa sahabat dari dunia mayanya.

Sebenarnya aku sama sekali tidak masalah, biar pun intensitas kami bertemu menjadi berkurang. Hanya ada satu hal yang aku takutkan untuk terjadi. Yaitu bertemu dengan penikmat wisata lendir dengan modal SSI seperti kita, hehehe…yang tentunya kebanyakan mencari mangsa lewat dunia maya.

Lama tak bertemu dengan Riri untuk entah yang keberapa kali, penampilannya berubah 180°. Dari yang tadinya selalu mengenakan jilbab, sekarang kemana mana lebih sering memakai hotpants. Dari gadis desa lugu, sekarang berani menyulut rokok dihadapanku. Saat itu spontan tanganku hampir menamparnya. Dia pun menunduk ketakutan.

Aku dengan tegas bertanya, “Kamu kenapa lagi? Jadi gila kaya gini!!! Mau dibilang gaul?!!”. Setelah kucecar dengan banyak pertanyaan dan nada yang tinggi, Riri akhirnya mengaku, hal tersebut karena dia terbawa oleh pergaulannya dengan seorang lelaki yang dia kenal lewat dunia maya. Mereka sering dugem, pulang larut bahkan cenderung subuh.

Hal yang kutakutkan ternyata benar benar terjadi. Tapi aku tidak mau secepat itu men-judge sahabatku sendiri. Semoga saja dia tidak berbuat lebih jauh dari itu (walaupun di dalam hati, kalau berbuat lebih jauh sama ane aja, hahaha).

Riri pun mengakui kalau dia belum sampai sejauh itu. Sebagai temannya saat itu aku hanya mengingatkan. Riri pun menerima saranku untuk sedikit demi sedikit menjauh dari pergaulannya saat ini. SEX 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *